DARA | JAKARTA – Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinar Mas Group, meninggal dunia, Sabtu (26/1/2019). Dimakamkan di Desa Marga Mulya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Eka Tjipta, salah satu orang terkaya di Indonesia. Majalah Globe Asia menulis, kekayaannya pada 2018 mencapai 13,9 miliar dollar AS. Namun, siapa sangka kalau konglomerat ini dulunya hanya lulusan sekolah dasar.
Nama kecilnya adalah Oei Ek Tjhong. Lahir di Quanzhou, China. Ia bermigrasi ke Indonesia tahun 1932. Tidak mudah sebab harus berlayar selama tujuh hari tujuh malam untuk tiba di Makassar, Sulawesi Selatan.
Eka Tjipta bukan berasal dari keluarga kaya. Uang lima dollar AS yang dibawa saat perjalanan tak cukup untuk makan, sehingga untuk bisa sampai di Indonesia, ia harus berutang kepada rentenir 150 dollar AS. Untuk melunasi utangnya, Eka kecil langsung bekerja di toko milik ayahnya yang tiba lebih dulu di Makassar. Beruntung, utang tersebut dapat dilunasi dalam kurun dua tahun seiring kian maju toko ayahnya.
Setiba di Indonesia, usianya baru sembilan tahun. Lulus SD, Eka tak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya karena persoalan ekonomi. Ia kemudian mulai berjualan.
Menginjak remaja, Eka mulai berbisnis. Pernah berjualan pruduk makanan berkeliling dari rumah ke rumah di kota Makassar menggunakan sepeda. Barang dagangan yang dijajakan diantaranya biskuit dan kembang gula. Namun, hanya dalam waktu dua bulan, ia telah merengguk untung Rp 20. Jumlah yang sangat besar saat itu.
Tapi berjuangan Eka terganggu. Tiba-tiba, Jepang menyerbu Indonesia, termasuk Makassar. Invasi tersebut membuat usahanya hancur total. Keuntungan Rp 200 yang sudah dikumpulkan susah payah selama beberapa tahun habis dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Eka bangkit. Dengan sepeda bututnya, ia keliling Makassar hingga ke Paotere, sebuah wilayah di pinggiran ibu kota Sulawesi Selatan itu. Ia melihat tumpukan terigu, semen, dan gula di camp tawanan pasukan Belanda. Dengan otak bisnis yang encer, Eka memanfaatkan hal tersebut dengan membuka tenda di sana dan menjual makanan serta minuman kepada tentara Jepang yang berada di sana.
Eka pun membawa kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk membuat air panas, cangkir, sendok, dan sebagainya. Ia juga menjual ayam matang. Mulanya, dagangannya tidak laku. Ia pun memutuskan untuk mendekati bos pasukan Jepang dan mentraktirnya makan dan minum di tenda. Setelah mencicipi seperempat ayam komplit dengan kecap cuka dan bawang putih, minum dua teguk whisky gratis, komandan tersebut kemudian memperbolehkan anak buahnya dan tawanan makan minum di tenda Eka.
Tak berhenti sampai sana, ia kemudian bekerja keras untuk memilih barang mana saja yang masih bisa dipakai dan dijual.
Bisnis menggurita selama 80 tahun Sinarmas Group dirintis, Eka membabat berbagai komoditas bisnis, mulai dari pulp dan kertas, jasa keuangan, properti, hingga keuangan. Ia pertama kali mendirikan pabrik minyak goreng Bitung Manado Oil Ltd di Manado pada 1968.
Tak lama setelah itu, Eka juga membangun PT Kunci Mas di Rungkut, Surabaya. Kedua pabrik ini menjadi cikal bakal Sinarmas Agribusiness and Food yamg memproduksi minyak goreng Filma dan Kunci Mas. Pada 1972, Eka mendirikan pabrik kertas bernama PT Tjiwi Kimia. Pada 1982, Sinarmas mendirikan PT Internas Artha Leasing Company yang kemudian bertransformasi menjadi PT Sunarmas Multiartha Tbk. Perusahaan ini berdiri untuk memberikan layanan jasa pembiayaan. Di tahun yang sama, Sinar Mas mengawali pengelolaan perkebunan kelapa sawit setelah mengakuisisi kebun seluas 10.000 hektar di Sumatera Utara.***
Editor: denkur
Bahan: kompas.com