DARA | CIANJUR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mencatat seratus bencana alam terjadi di wilayah itu hingga menjelang akhir tahun 2019.
Bencana alam yang terjadi itu menyebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Cianjur. Sejumlah upaya antisipasi dan penanganan pun dilakukan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, terjadi longsor/pergerakan tanah sebanyak 43 kasus, banjir 26 kasus, puting beliung 17 kasus, kebakaran hutan dan lahan 12 kasus, serta satu kali gempa.
Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur, Mokhamad Irfan Sofyan, mengatakan, Cianjur masih termasuk ke dalam wilayah dengan indeks risiko bencana tertinggi di Indonesia. Bahkan, dapat dikatakan persebarannya pun merata di seluruh wilayah.
”Semua potensi bencana ada di sini, makanya kita itu dekat dengan bencana setiap waktunya. Akhirnya menjadi tugas yang serius juga untuk kami, terutama dalam pencegahan supaya dampak bencana bisa diminimalkan,” ujar Irfan, kepada wartawan, Kamis (19/12/2019).
Irfan mengaku, banyaknya potensi bencana di sejumlah titik rawan yang tersebar di Cianjur, tidak sejalan dengan jumlah personil BPBD. Sebanyak 49 personil harus siap siaga di wilayah seluas 365.000 kilometer persegi.
Hal itu menjadi salah satu kendala penanganan dan pencegahan kebencanaan di Cianjur. Sebab itu, pemerintah setempat pun berinisiatif untuk membuat Relawan Tanggap Bencana (Retana) tersebar di 360 desa.
”Di satu desa ada lima orang, mereka yang nanti akan turun pertama kali ke masyarakat di sekitar. Mereka juga bertugas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kebencanaan, supaya masyarakat siap sejak pra, saat, dan pasca kejadian,” katanya.
Adanya Retana dianggap menjadi kepanjangan tangan dari BPBD Cianjur, karena tidak sedikit masyarakat yang belum menyadari risiko bencana di lingkungan sekitar mereka. Terbukti dengan masih banyak orang yang mendiami satu wilayah dengan risiko bencana, seperti pergerakan tanah di utara Cianjur, ataupun banjir di beberapa wilayah.
Irfan menjelaskan, pada akhirnya BPBD dan seluruh relawan harus adu siasat dengan masyarakat. Menurut dia, bencana yang terjadi perlu ditelusuri sejarahnya.
”Kita cari sebetulnya di daerah itu seringnya terjadi bencana apa sih, karena biasanya siklus (bencananya) akan berulang. Nah, kekuatan kita di sana. Jadi sudah tahu potensi bencana apa dan kita siap untuk memberi tahu pencegahannya,” ucapnya.
Ia mengungkapkan, Retana dan masyarakat akan terus dibekali dengan kesiapsiagaan bencana yang dibantu dengan penggunaan dana desa. Berdasarkan Permendes Nomor 16 dan 20 Tahun 2019, Dana Desa dapat dimaksimalkan dengan skala prioritas pembangunan dan peningkatan kapasitas masyarakat desa.
Menurut dia, kedua prioritas tersebut terkait dengan kebencanaan di dalamnya. Dengan kata lain, lanjut dia, masyarakat harus terus dibimbing sejak di tingkat desa sesuai dengan instruksi Plt Bupati Cianjur.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan