DARA | CIANJUR — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mencatat, 53.205 jiwa atau 16.989 KK di wilayah itu terdampak kekeringan. Bahkan, mereka yang tersebar di lima kecamatan tersebut mengalami krisis air bersih, akibat kemarau.
“Ada lima kecamatan yang dilaporkan mengalami krisis air bersih. Kelima kecamatan itu yakni Sukanagara, Sindangbarang, Agrabinta, Cibinong, dan Cidaun,” kata Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur, Sugeng Supriyatno, kepada wartawan, Selasa (30/7/2019).
Sugeng menyebutkan, di Kecamatan Sukanagara terdapat 1.648 KK atau 5.186 jiwa, Sindangbarang 2.144 KK atau 6.570 jiwa, Agrabinta 2.590 KK atau 7.959 jiwa, Cibinong 9.963 KK atau 31.144 jiwa, dan di Kecamatan Cidaun terdapat 674 KK atau 2.356 jiwa. Semua wilayah tersebut berada di selatan Cianjur.
“Kekeringan itu ada yang berdampak terhadap lahan pertanian, ada juga yang berdampak terhadap krisis air bersih. Di Sindangbarang, Agrabinta, serta di Cibinong, itu hampir semua desa mengalami krisis air bersih,” ujar Sugeng.
Sugeng mengungkapkan, meskipun saat ini sudah mengalami kemarau, masih terdapat sumber-sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk lahan-lahan pertanian. Untuk wilayah yang mengalami krisis air bersih, BPBD berkoordinasi dengan Perumdam Tirta Mukti maupun Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Diperkimtan) Kabupaten Cianjur untuk mendistribusikan bantuan.
“Seperti di Kecamatan Karangtengah, masih ada petani yang bercocok tanam. Itu berarti masih ada sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk pengairan,” katanya.
Sugeng mengaku, BPBD juga sudah menyiagakan tangki seandainya Perumdam Tirta Mukti atau Disperkimtan Cianjur kekurangan armada untuk menyalurkan air bersih. Di BPBD terdapat satu unit armada yang siap siaga bersama dengan air bersihnya.
“Ini cukup menghambat juga, karena kita baru memiliki satu armada mobil tanki. Idealnya kita harus memiliki tiga sampai empat unit armada tangki air bersih,” katanya.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan