“Saya mohon agar masyarakat tidak mendatangi tempat-tempat pemotongan hewan kurban, biar petugas saja yang mendatangi, dengan catatan petugasnya pun harus dalam keadaan sehat. Bagi yang merasa sakit, sebaiknya jangan ikut di kepanitiaan potong kurban,” imbau Dadang M. Naser.
DARA | BANDUNG – Jelang perayaan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah, Pemkab Bandung melaksanakan pemeriksaan hewan kurban di rumah potong hewan (RPH) Sukatani di Desa Gandasari, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/7/2020).
Selain ini merupakan kegiatan rutin menjelang Idul Adha, pelaksanaan pemeriksaan hewan ini juga dalam rangka penekanan penyebaran Covid-19 di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) ini.
Menurut Bupati Bandung, Dadang M. Naser, dari 120 ekor domba dan 46 sapi yang tersedia di RPH tersebut, petugas kesehatan menemukan satu ekor domba dan satu ekor sapi yang belum cukup umur, sehingga pemilik RPH harus segera menggantinya.
“Sapi dan domba di sini nanti di distribusikan ke tiap kecamatan dan mereka nanti yang menyiapkan titik-titik mana saja yang akan dilakukan penyembelihan hewan kurban,” ujar Dadang Naser disela pemeriksaan hewan kurban.
Dadang menyebutkan ada tujuh tim dokter yang diturunkan untuk memeriksa hewan kurban di wilayah Kabupaten Bandung. Pemkab Bandung juga menyediakan sarana untuk pemotongan hewan kurban di tujuh RPH yang ada di Kabupaten Bandung. “Nanti pemotongan itu gratis biaya retribusinya,” ucap Dadang.
Orang nomor satu di Kabupaten Bandung itu menghimbau agar masyarakat yang melakukan pemotongan hewan kurban, jangan sampai ada antrean untuk pembagian dagingnya. Untuk menghindari penyebaran Covid-19, sebaiknya daging kurban dibagikan ke rumah masing-masing warga.
“Saya mohon agar masyarakat tidak mendatangi tempat-tempat pemotongan hewan kurban, biar petugas saja yang mendatangi, dengan catatan petugasnya pun harus dalam keadaan sehat. Bagi yang merasa sakit, sebaiknya jangan ikut di kepanitiaan potong kurban,” imbaunya.
Ia juga menegaskan agar pada saat pembagian daging kurban tidak menggunakan plastik, tetapi harus menggunakan besek atau dibungkus daun, agar tidak menimbulkan sampah plastik.
“Itu juga saya tegaskan agar masyarakat tidak menggunakan plastik, jeroan dan dagingnya nanti harus dipisah, gunakanlah besek atau daun, boleh pakai plastik tapi yang bisa di daur ulang, yang organik, kan sekarang banyak tuh,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran menyebutkan sampai hari sudah ada 9.553 ekor hewan kurban yang diperiksa, terdiri dari 6.661 ekor sapi, 2.812 ekor domba, 79 ekor kambing, dan 1 ekor kerbau.
Dari hasil pemeriksaan oleh tim kesehatan hewan, ada sebanyak 9.323 ekor hewan kurban yang layak potong terdiri dari 6.680 ekor sapi, 2.566 ekor domba, 76 ekor kambing, dan 1 ekor kerbau.
Yang tidak layak potong ada sejumlah 346 ekor hewan kurban terdiri dari 227 sapi yang sehat namun belum cukup umur, 57 sapi yang sakit, 1 domba yang sehat tapi belum cukup umur, 51 domba yang sakit, dan 3 ekor kambing yang sakit.
Untuk kebutuhan hewan kurban tahun 2019 itu sebanyak 10.200 ekor sapi dan 17.000 ekor domba. Namun untuk tahun ini belum dapat dipastikan karena angka itu dihitung setelah penyembelihan dilakukan.
“Untuk turun atau naiknya kita lihat nanti, ya, setelah penyembelihan, nanti kita evaluasi berapa sih jumlah yang disembelih dibandingkan tahun yang lalu. Lagipula data yang sudah disebutkan tadi itu baru per tanggal 22 juli 2020, ini kan pemeriksaannya masih terus berlanjut sampai jelamg idul adha, siapa tahu ada hewan-hewan yang baru masuk, itu kan harus diperiksa,” jelas Tisna.
Sejauh ini, Tisna mengatakan belum menerapkan sanksi kepada para pedagang hewan kurban yang tidak memenuhi standar kelayakan hewan kurban seperti menjual hewan yang belum cukup umur.
“Saat ini kita sudah berkoordinasi dengan pihak pelapak, dan mereka menerima, namun jika kemudian ditemukan ada pedagang yang curang, ya kita akan merekomendasikan agar lapaknya ditutup saja,” ujar Tisna.
Tisna berharap tahun ini ada peningkatan pemotongan hewan kurban, sebab banyak sekali jamaah haji yang gagal berangkat ke tanah suci akibat pandemi, sehingga mungkin akan melakukan pemotongan hewan kurban di daerah tempat tinggalnya.***
Editor: Muhammad Zein