Hidrosefalus penyakit berbahaya. Sering menyerang bayi, salah satunya bayi berinisial FS. Ia hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur.
DARA – Dari keterangan keluarga, FS lahir secara prematur diusia kandungan 8 bulan 23 hari. Ia mengalami kelumpuhan di tangan kiri. Gejala awalnya sang anak sesak nafas dan kejang-kejang sebelum akhirnya didiagnosa idap hidrosefalus.
Kondisi sang anak terlihat mengkhawatirkan kepalanya terus membesar. Dari awal lahir lingkaran kepalanya 37 cm. Sampai saat ini kepalanya mengalami pembesaran sampai 6 Cm menjadi menjadi 47 Cm.
Berat sang anak bisa dikatakan tidak normal hanya 3 kilogram dengan kondisi badan kecil dan kepala besar.
Selain itu, dari lahir sang anak tidak pernah menangis sama sekali dan menyusuinya hanya menggunakan selang lewat mulut.
Saepuloh (36) ayah dari FS menyampaikan sang anak lahir di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung.
“Iya, istri saya ngelahirin disana. Awalnya dikasih tahu sama dokter tangannya lumpuh. Kemudian dikasih tahu lagi kena hidrosefalus,” kata Saepuloh saat ditemui dikediamannya, Rabu (27/1/2021).
Dia mengaku, anaknya kini berusia 26 hari dan membutuhkan perawatan secepatnya. Kemudian, saat berkonsultasi dengan dokter RSKIA sang anak harus dirujuk ke RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Sesampainya di RSHS, lanjut Saepuloh, dirujuk lagi ke RS Santosa.
“Saya kemarin (25/1/2021) sudah daftar ke RS Santosa,” ujarnya.
Meski sudah daftar, Saepuloh belum bisa memastikan kapan sang anak akan dirawat. Kendati demikian, dia berharap anaknya bisa segera mendapatkan penanganan.
“Saya ke Santosa kemarin, katanya tanggal 4 Februari disuruh datang kesana lagi buat mastiin. Mudah-mudahan bisa segera ditangani,” harapnya.
Saat disinggung pembiayaan, Saepuloh merasa bingung. Pasalnya, dirinya hanya berprofesi sebagai pemain keyboard (pemain piano) diacara pernikahan dan hiburan lainnya.
Saepuloh mengaku, selama hampir sepuluh bulan sejak ada pandemi Covid-19 dirinya tidak mendapatkan pekerjaan tersebut.
“Jujur sampai saat ini saya belum pegang uang sepeser pun. Saya bingung, belum ada panggilan manggung,” ujarnya.
Dengan ketegaran hatinya, Saepuloh dan sang istri, tetap menyayangi sang anak dan akan terus berikhtiar mengusahakan biaya pengobatannya.
“Saya dan istri saya menerima dengan lahir dan batin, saya akan terus mengusahakan kesembuhan anak saya,” ujarnya.
Meski, usaha-usaha yang ditempuh Saepuloh belum membuahkan hasil. Dia hanya bisa berharap ada keajaiban dari sang pencipta agar anaknya bisa sembuh.
Saat ini, sang anak tinggal di rumah Ma Ende nenek Saepuloh di Jalan Aki Padma, Kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat.
Dikarenakan, istrinya belum bisa mengurus anaknya akibat keterbatasan fisik, cacat kaki kiri dari lahir.
Sebelumnya, Saepuloh tinggal disebuah kontrakan di daerah Warung Muncang, Kota Bandung dengan kondisi yang cukup miris. Pasalnya, kontrakannya tersebut berada didekat selokan sehingga yang mengakibatkan baunya masuk ke dalam.
Saepuloh juga berharap ada pihak yang mau mengulurkan tangan, khususnya Pemerintah Kota Bandung agar bisa membantu biaya operasi kepala sang anak.
Jika ada dari dermawan yang terketuk hati untuk membantu Fauzian Saepuloh bisa langsung menghubungi sang ayah Saepuloh melalui no teleponnya: +62 853-5128-7315.***
Editor: denkur