Catatan Akhir Tahun: Investasi dan Industri sebagai Faktor Kritis dalam Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi 8%

Senin, 23 Desember 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Screenshot/Ist

Foto: Screenshot/Ist

Investasi merupakan kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

DARA | Universitas Paramadina dan INDEF menyelenggarakan diskusi online bertajuk “Catatan Akhir Tahun: Investasi dan Industri sebagai Faktor Kritis dalam Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi 8%” pada Senin (23/12/2024).

Dr Handi Risza, Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Paramadina, menuturkan investasi merupakan kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Namun, ia mencatat bahwa kontribusi investasi terhadap PDB terus menurun sejak 2015, sementara kontribusi sektor manufaktur stagnan di bawah 20%.

Ia merekomendasikan perbaikan iklim investasi melalui transparansi, birokrasi yang bersih, dan pengembangan kualitas SDM.

“Untuk mencapai pertumbuhan 8%, ICOR (Incremental Capital-Output Ratio) harus berada di angka 3-4, dengan total kebutuhan investasi mencapai Rp13.528 triliun dalam 5 tahun ke depan,” ujar Handi.

Dr Ariyo DP Irhamna, Dosen Universitas Paramadina/Ekonom INDEF, menyoroti ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap China, baik sebagai mitra dagang utama maupun pemasok barang impor.

“Data menunjukkan bahwa 28% impor Indonesia berasal dari China pada 2023, yang berpotensi menimbulkan risiko besar jika terjadi gangguan perdagangan,” tutur Ariyo.

Ia menekankan pentingnya diversifikasi sumber impor dan pasar ekspor untuk mengurangi risiko ekonomi, serta mendukung daya saing produk lokal di pasar global.

Selain itu, ia menggarisbawahi kebutuhan untuk memperkuat nilai tambah industri domestik melalui harmonisasi kebijakan sektoral antara hulu dan hilir.

Dr Imaduddin Abdullah, Direktur Kolaborasi Internasional INDEF, membahas pentingnya pertumbuhan ekonomi yang konsisten untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berpenghasilan tinggi.

Ia mengingatkan bahwa sejarah mencatat hanya sedikit negara, seperti China, yang mampu mencapai pertumbuhan ekonomi 8% secara berkelanjutan.

Menurutnya, meskipun target ini sangat ambisius, langkah-langkah strategis seperti optimalisasi investasi, peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta adopsi teknologi dan inovasi harus menjadi prioritas utama.***

Editor: denkur | Sumber: Rilis

Berita Terkait

Waspadai Cuaca Ekstrem, Inilah Kabupaten dan Kota Yang Miliki Potensi Longsor
Enchanting Valley: Destinasi Baru di Puncak yang Wajib Dikunjungi
Sang Legenda: Personil God Bless dari Masa ke Masa
Sungai Citepus Meluap Puluhan Rumah Terendam, Warga Panik Selamatkan Perabotan
Teater “Mulan: An Inspired Adaptation” Cermin Kekayaan Budaya Tiongkok
Jatinangor Diproyeksikan Jadi Wilayah Percontohan Transformasi Digital
Catatan Diskusi Universitas Paramadina: Evaluasi Kritis, 100 Hari Kerja Presiden Prabowo
Gerald Vanenburg Jadi Asisten Patrick dan Pelatih Kepala Timnas U-23
Berita ini 19 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 26 Januari 2025 - 12:20 WIB

Waspadai Cuaca Ekstrem, Inilah Kabupaten dan Kota Yang Miliki Potensi Longsor

Minggu, 26 Januari 2025 - 12:00 WIB

Enchanting Valley: Destinasi Baru di Puncak yang Wajib Dikunjungi

Sabtu, 25 Januari 2025 - 15:33 WIB

Sang Legenda: Personil God Bless dari Masa ke Masa

Sabtu, 25 Januari 2025 - 13:32 WIB

Teater “Mulan: An Inspired Adaptation” Cermin Kekayaan Budaya Tiongkok

Sabtu, 25 Januari 2025 - 12:29 WIB

Jatinangor Diproyeksikan Jadi Wilayah Percontohan Transformasi Digital

Berita Terbaru


Ban Rock asal Indonesia, God Bless (Foto: Istimewa)

HEADLINE

Sang Legenda: Personil God Bless dari Masa ke Masa

Sabtu, 25 Jan 2025 - 15:33 WIB