Catatan BNPB: Tahun 2021 ada 3.058 Kejadian Bencana, Didominasi Hidrometeorologi

Sabtu, 1 Januari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi banjir (Foto: Deny Suhendar/dara.co.id)

Ilustrasi banjir (Foto: Deny Suhendar/dara.co.id)

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Suharyanto menyampaikan beberapa pembelajaran yang dapat diambil dari kejadian bencana selama tahun 2021.


DARA – Hal tersebut ia sampaikan saat menghadiri acara Taklimat Bidang PMK yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) pada Rabu 29 Desember 2021.

Catatan BNPB, bencana yang terjadi pada tahun 2021 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebanyak 34% atau terdapat 3.058 kejadian. Angka tersebut merupakan yang terendah dalam 3 tahun terakhir.

Bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan cuaca ekstrim masih mendominasi dengan total kejadian sebanyak 2.702.

Dilihat dari distribusi spasial lokasi kejadian, Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah merupakan 3 provinsi teratas yang paling sering terjadi bencana

“Pemerintah daerah di tiga daerah tersebut perlu memberikan perhatian yang lebih besar dalam upaya pengurangan risiko bencana,” kata Suharyanto, seperti dikutip dari laman resmi BNPB, Sabtu (1/1/2022).

Dalam satu tahun kebelakang, Suharyanto menyampaikan ada beberapa pelajaran yang dapat diambil pasca bencana yang terjadi di Tanah Air.

Di awal tahun misalnya, Gempa di Mamuju, Malang, Blitar, Jember, dan Flores memberikan pembelajaran untuk mitigasi risiko gempa lebih dini.

Suharyanto menyampaikan, mitigasi risiko gempa hanya dapat dilakukan dengan penguatan bangunan, baik itu rumah warga, maupun fasilitas publik. Penguatan bangunan ini, khususnya rumah masyarakat harus mengedepankan cara yang praktis dengan biaya terjangkau.

Selanjutnya untuk bencana longsor di Sumedang dan siklon tropis di NTT, Kepala BNPB yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 itu mengimbau kepada stakeholder dan masyarakat untuk tidak membangun pemukiman di lahan kritis.

Pembangunan kawasan harus mengacu kepada tata ruang yang berbasisi mitigasi bencana.

“Tata ruang kawasan yang berbasiskan mitigasi bencana ini yang harus kita sepakati dan laksanakan bersama kedepannya,” imbuh Suharyanto.

Terakhir dari kejadian Awan Panas Guguran di Semeru pada awal Desember lalu, perlu adanya penguatan sistem peringatan dini kegunungapian terutama yang mendukung perintah evakuasi pada saat kontinjensi dan kedaruratan.

Pada kesempatan yang sama, Suharyanto juga mengingatkan bahwa bencana adalah peristiwa yang berulang. Ia berharap dengan adanya pembelajaran dari kejadian bencana di tahun 2021 dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana ke depannya.

Capaian Rencana Kerja Program 2021 BNPB

Sementara itu, untuk Capaian Rencana Kerja BNPB Tahun 2021, Suharyanto optimis seluruhnya akan sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Angka capaian rasio investasi terhadap APBN pada triwulan ketiga 2021 sudah sesuai dengan target yang ditentukan yakni sebesar 0.47.

Sejak 2015 hingga 2020, Indeks Risiko Bencana (IRBI) Nasional konsisten mengalami penurun. Capaian IRBI tahun 2019 hingga 2020 rata-ratanya sebesar 1,64%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan yang baik dalam perencanaan dan implementasi penanganan bencana.

Untuk kegiatan prioritas nasional, BNPB melalui unit-unit kerja di bawahnya telah melaksanakan total 22 kegiatan Prioritas Nasional di tahun 2021.

Editor: denkur | Sumbetr: BNPB

Berita Terkait

Siaran Ramadan di Medsos Harus Edukatif dan Ramah Anak
Ramadan tak Sekadar tentang Ibadah Pribadi
Keutamaan Niat Puasa
TEDxSampoerna University 2025: Dorong Generasi Z untuk Siap Menghadapi Tantangan Global dengan Tema “UpNex”
Breaking News, Sidang Isbat: Awal Ramadan 1446 H Jatuh Hari Sabtu 1 Maret 2025
Polri, BGN dan YKB Uji Coba SPPG Polri di Pejaten dan Cipinang
Observatorium Bosscha ITB Pantau Hilal Awal Ramadan 1446 H
Pisang dan Semangka Jadi Solusi Meningkatkan Ekonomi Sektor Sawit dengan Model Tumpang Sari
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 1 Maret 2025 - 13:39 WIB

Siaran Ramadan di Medsos Harus Edukatif dan Ramah Anak

Sabtu, 1 Maret 2025 - 13:22 WIB

Ramadan tak Sekadar tentang Ibadah Pribadi

Sabtu, 1 Maret 2025 - 13:04 WIB

Keutamaan Niat Puasa

Jumat, 28 Februari 2025 - 19:55 WIB

Breaking News, Sidang Isbat: Awal Ramadan 1446 H Jatuh Hari Sabtu 1 Maret 2025

Jumat, 28 Februari 2025 - 18:43 WIB

Polri, BGN dan YKB Uji Coba SPPG Polri di Pejaten dan Cipinang

Berita Terbaru

Ilustrtasi (Foto: Universitas Airlangga/ Tribun Travel)

HEADLINE

Siaran Ramadan di Medsos Harus Edukatif dan Ramah Anak

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:39 WIB

Fotog: Hilman Fauzi/Kemenag

HEADLINE

Ramadan tak Sekadar tentang Ibadah Pribadi

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:22 WIB

Foto: Istimewa

JABAR

Budi Azhar Bersedia Jadi Ketua IPSI Kabupaten Sukabumi

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:13 WIB

Foto: Kemenag

HEADLINE

Keutamaan Niat Puasa

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:04 WIB

Foto: Istimewa

EKONOMI

Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industri yang Kuat

Sabtu, 1 Mar 2025 - 12:53 WIB