Anggaran Masjid Raya Al Jabbar senilai Rp1 triliun dari APBD mengundang polemik oleh sebagian pihak.
DARA | Pada prosesnya anggaran sebesar itu tidak ujug-ujug muncul di jaman Gubernur Jabar Ridwan Kamil karena sudah dianggarkan secara bertahap sejak pemerintahan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher).
Mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menuturkan sejak pihaknya mencetuskan rencana pembangunan, besarnya anggaran Al Jabbar dan urgensinya dalam prioritas Pemprov Jabar sudah menuai perdebatan.
Namun, pihaknya pada saat itu tetap konsisten memperjuangkan Al Jabbar mengingat pentingnya membangun masjid berskala besar bagi provinsi dengan umat muslim terbesar di Indonesia.
“Bagaimanapun program besar membutuhkan anggaran besar. Ada yang mempermasalahkan karena anggarannya terlalu besar..Ada pemikiran ini bukan prioritas,” katanya seperti dikutip dari video testimonial Aher terkait Al Jabbar, Jumat (6/1/2023).
Menurut Aher saat itu anggaran Al Jabbar direncanakan memakai skema tahun jamak (multi years) agar komposisi anggarannya tidak sekaligus besar namun pembangunan bisa dianggarkan secara bertahap.
Selain itu, angka anggaran Al Jabbar menurutnya tidak mengurangi keberpihakan APBD pada urusan wajib seperti infrastruktur, pendidikan dan kesehatan.
“Saya katakan untuk anggaran jalan kita besar banget, untuk pembangunan ruang kelas baru sangat banyak, untuk BOS kita mengganggarkan banyak, untuk PON demikian besar kita juga menganggarkan,” tuturnya.
“Kalau untuk jalan, untuk ruang kelas, PON kita berani menganggarkan, kenapa tidak kita menganggarkan untuk sebuah artefak yang melambangkan ketaatan kita pada Allah SWT yaitu masjid,” imbuhnya.
Setelah anggaran disetujui, pembangunan Al Jabbar rupanya tidak berlangsung mulus. Kegagalan tender pada awal 2017 membuat pembangunan Al Jabbar baru bisa dimulai pada akhir 2017.
“Sehingga anggaran besar yang sudah dianggarkan tidak terpakai, yang terpakai hanya sebagian kecil di akhir 2017. Alhamdulilah 2018 berjalan utuh, sampai 2019 hingga sekarang 2022 dilanjutkan di jaman Gubernur Ridwan Kamil,” ujarnya.
Pembangunan masjid yang menjadi ikon masjid terbesar di Jabar itu menurutnya sangat memakan waktu, tenaga, pikiran, dan tentunya anggaran yang sangat besar, sehingga selesainya pembangunan patut disyukuri.
Menurutnya setiap niat baik program pemerintah pada prosesnya wajar menemui kendala dan polemik. Namun pihaknya memastikan Al Jabbar dibangun dengan perencanaan matang dan tujuan yang baik.
“Masjid besar ini mewakili besarnya umat Islam di Jawa Barat, mewakili sikap religi orang Jawa Barat. Wajar saja kita membangun sebuah artefak yang mewakili umur sejarah, pada jaman-jaman ke depan semua orang akan mengingat bahwa ini adalah masjid kebanggaan Jawa Barat,” tuturnya.
Editor: denkur