Cianjur rawan bencana. Orang bilang ‘etalase-nya” bencana di Indonesia. Penyebabnya tak lain karena kondisi geografisnya. Simak uraiannya.
DARA | CIANJUR – Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Mokhamad Irfan Sofyan, mengatakan, ada 10 jenis bencana yang berpotensi terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Tsunami, gunung berapi, tanah longsor, pergerakan tanah, banjir, banjir bandang, kekeringan, angin puting beliung, gempa bumi, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Hasil pemetaan indeks risiko bencana, di wilayah selatan, potensinya terdiri dari tsunami karena terdapat bentangan garis pantai sepanjang 75 kilometer di Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang, dan Cidaun.
Potensi lain yakni tanah longsor atau pergerakan tanah yang dipicu kontur tanah yang cukup labil karena merupakan wilayah perbukitan.
Pun potensi banjir atau banjir bandang karena dilintasi aliran sungai cukup besar.
Wilayah utara, karakteristik wilayahnya yang pegunungan dan perbukitan, sehingga mengakibatkan berpotensi terjadi gunung meletus.
Terdapat dua gunung yang masih aktif yakni Gunung Gede dan Pangrango. Potensi bencana lainnya yakni tanah longsor, banjir, dan gempa bumi.
Sedangkan di wilayah tengah dengan karakteristik dataran rendah, cukup berpotensi rawan banjir genangan, pergerakan tanah, longsor, dan sejenisnya.
“Potensi kerawanan kebencanaannya cukup tinggi,” beber Irfan, Selasa (10/11/2020).
Jenis potensi ancaman risiko bencana cukup tinggi di Kabupaten Cianjur berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) yang dirilis BNPB pada 2017, tanah longsor dan banjir masih mendominasi. Untuk tanah longsor, sebarannya berada di 227 desa dan 360 desa dan kelurahan di Kabupaten Cianjur.
“Kemudian untuk potensi banjir, itu ada di 90 desa di 32 kecamatan,” sebutnya.
Indeks risiko bencana (IRB) yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beberapa waktu lalu, sampat menempatkan Kabupaten Cianjur pada peringkat pertama daerah rawan bencana di Indonesia.
Kondisi tersebut tak terlepas pernah terjadi beberapa kali bencana berskala besar hingga menelan korban jiwa cukup banyak.
“Namun indeksnya sekarang berangsur turun. Artinya, berbagai upaya antisipasi, pencegahan, maupun penanggulangan yang dilakukan sejak berdirinya BPBD di Kabupaten Cianjur pada 2009 lalu, dinilai cukup berhasil. Indeks risiko bencana di Kabupaten Cianjur sekarang berada pada peringkat 20 se-Indonesia,” ungkap Irfan.***
Editor: denkur