Kabar baik. Meski ditengah wabah corona, Industri Kecil Menengah bidang kuliner di Bandung Barat, lebaran kemarin malah kebanjiran pesanan.
DARA | BANDUNG – Koordinator IKM Kabupaten Bandung Barat, Dianie Hadyanti mengatakan, para pelaku usaha IKM, jelang lebaran kemarin justru kebanjiran pesanan. “Alhamdulillah rezekinya kita-kita, banyak yang order. Bahkan, cilok goang Maroko termasuk best seller,” ujarnya, saat dihubungi dara.co.id, Rabu (3/6/2020).
Cilok Goang Maroko, termasuk produk yang stabil diantara makanan cemilan lainnya, saat pandemi. Selama dua bulan, cemilan berbahan baku tepung kanji ini laku sekitar 6.000 pcs yang dikirim ke Kalimantan, Palembang, Menado, atau daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sementara produk lainnya, sempat stagnan hingga minggu kedua memasuki bulan Ramadan, termasuk produk milik Dianie, yang dikenal dengan berbagai cemilan merk Nusasari, tidak ada penjualan pada awal bulan puasa.
“Pada awal-awal puasa di minggu pertama, sepi. Kemudian saya coba buat parcel dengan produk-produk IKM, alhamdulillah banyak pesanan,” ujarnya.
Parcel tersebut harganya variatif, tergantung itemnya. Bagi parcel dengan isi 6 item, dihargakan Rp100.000, sedangkan 8 item seharga Rp150.000 dan 10 item Rp200.000.
Otomatis produk-produk yang tadinya tidak laku, jelang lebaran justru mereka diminta mengirim lagi ke Dianie. “Ada yang sampai kirimnya berkali-kali,” jelasnya.
Rezekipun, bertambah ketika Kementrian Pariwisata (Kemenpar) memesan 5.000 pcs kentang mustofa untuk dikirim ke Tasikmalaya. “Alhamdulillah, ada 10 IKM yang membuat mustofa, termasuk saya, bikin 800 pcs,” tuturnya.
Sementara untuk omzet IKM pada tahun ini, kata Dianie lumayan cukup besar dan tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. “Antara Rp30-Rp40 jutaan,” singkatnya.***
Editor: denkur