Corona Hantam Industri Tekstil, Gelombang PHK Makin Menggila

Senin, 27 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi (Foto: Ekonomi Bisnis.com)

Ilustrasi (Foto: Ekonomi Bisnis.com)

Wabah corona hantam industri tekstil tanah air. Gelombang PHK pun terus terjadi, sehingga berada di titik nadir. Hingga hari ini ada sekitar dua juta lebih karyawan terpaksa harus kehilangan pekerjaan.


DARA | JAKARTA – Dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI secara virtual, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) kini berada di titik nadir, sebab sektor usaha tesebut mayoritas berhenti produksi.

Menurutnya, pemanfaatan tingkat produksi atau utilisasi sudah di bawah 20% dan menuju 5%. Tak menutup kemungkinan jika utilisasi industri tekstil akan menjadi 0%.

“Utilisasi sudah di bawah 20% menuju ke 5%. Mungkin istilahnya sudah mencapai titik nadir kalau saya bilang titik nadir karena menuju 0%,” ujar Jemmy, seperti dikutip dari detikcom, Senin (27/4/2020).

Mau tidak mau, lanjut Jemmy, pihaknya pun harus merumahkan karyawan. Hingga pekan kedua April, sudah ada 2.159.832 buruh yang dirumahkan, atau 80% dari total pekerja di industri TPT.

“Data terakhir kondisi di lapangannya, untuk kondisi terakhir minggu lalu kita data tiap minggu dan ini data minggu lalu, jumlah tenaga kerja yang dirumahkan sudah hampir 80%,” jelasnya.

Jemmy juga memaparkan bagaimana virus corona menghantam industri tekstil. Misalnya saja banyak orderan di pasar ekspor yang dibatalkan. Tak sampai di situ, penjualan dalam negeri juga babak belur karena tutupnya kawasan Pasar Tanah Abang selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Demikian pula dengan pasar-pasar lainnya.

“Order-order dalam negeri juga pasar seperti Tanah Abang dan pasar lainnya di kota-kota lainnya ditutup sehingga market kita ini boleh kata habis baik untuk ekspor maupun lokal. Jadi dengan terpaksa sekali anggota-anggota kami sudah menutup industrinya,” jelasnya.

Dia menambahkan sekian department store yang memasok barang dari pabrik TPT menunda pembayaran sehingga mengganggu arus kas pelaku industri TPT. Yang tadinya mesti dibayar Maret mundur ke April dan kemungkinan mundur lagi ke Mei.***

Editor: denkur | Sumber: detikcom

Berita Terkait

Putusan Sela PN Jakarta Pusat Tegaskan Hendry Ch Bangun Sah Ketum PWI
PWI Dukung Program Rumah Bersubsidi untuk Wartawan, Tak Ganggu Independensi Pers
KAI DAOP 5 Serap Ribuan Tenaga Kerja Kontrak
Diterpa Isu Pembekuan, PWI Jabar Tetap Solid Dukung KLB
Begini Respons Gubernur Jabar Terkait Rudapaksa di RSHS Bandung
Hujan Air Mata di Prosesi Pemakaman Sang Legenda Titiek Puspa
Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Apresiasi Program Rumah Subsidi untuk Wartawan
156 Barang Tertinggal di LRT Jabodebek, Penumpang Bisa Laporan ke Contak Center Ini
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 17 April 2025 - 13:51 WIB

Putusan Sela PN Jakarta Pusat Tegaskan Hendry Ch Bangun Sah Ketum PWI

Rabu, 16 April 2025 - 19:17 WIB

PWI Dukung Program Rumah Bersubsidi untuk Wartawan, Tak Ganggu Independensi Pers

Rabu, 16 April 2025 - 14:17 WIB

KAI DAOP 5 Serap Ribuan Tenaga Kerja Kontrak

Minggu, 13 April 2025 - 05:35 WIB

Diterpa Isu Pembekuan, PWI Jabar Tetap Solid Dukung KLB

Sabtu, 12 April 2025 - 20:03 WIB

Begini Respons Gubernur Jabar Terkait Rudapaksa di RSHS Bandung

Berita Terbaru

Drs Djamu Kertabudi, M.si (Penulis, Pengamat Ilmu Pemerintahan dan Politik)

OPINI

Reaktivasi Jalur Kereta Api Cipatat-Padalarang

Kamis, 17 Apr 2025 - 10:48 WIB