Dampak pandemi Covid-19 bisa berpengaruh terhadap masalah kependudukan salah satunya yang dikhawatirkan adalah terjadinya ledakan kelahiran bayi atau dikenal dengan istilah baby boom pada sembilan bulan mendatang.
DARA | BANDUNG – Demikian kata Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Bandung Barat, Eriska Hendrayana kepada dara.co.id, di Ngamprah, Rabu (12/5/2020).
“Kalau pada masa sekarang, ledakan penduduknya belum ada. Tapi sembilan bulan yang akan datang, itu perlu kita antisipasi,” ujarnya.
“Untuk mengantisipasi baby boom tersebut, DP2KBP2A KBB melalui seluruh kekuatan mitra kerja (Ikatan Bidan Indonesia) dan lini lapangan (PKB, TPD, POS KB, SUB POS KB) mengarahkan agar pasangan usia subur (PUS) tetap menggunakan kontrasepsi,” imbuhnya Eriska.
Eriska didampingi Kepala Bidang Pengendalian Penduduk (Dalduk) DP2KBP3A KBB Evie Saefiyani, Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB/KR) Aam Lia Kartipah mengatakan, pelayanan KB pada saat pandemi Covid-19 tidak hanya dilaksanakan di Puskesmas tetapi di praktek mandiri bidan dan bidan desa untuk memperdekat jarak pelayanan.
Distribusi alat dan obat kontrasepsi kondom dan pil KB pun kini bekerja sama dengan bidan desa. Melalui mereka disalurkan ke Pos KB, kemudian kepada akseptor.
“Kita efektifkan mitra kerja di lini lapangan untuk tetap memberikan edukasi kepada masyarakat dengan layanan seperti itu. Semua intitusi kita gerakkan supaya tetap berjalan,” jelasnya.
Sementara itu, pengguna KB di KBB berdasarkan data di DP2KBP2A, pada Maret 2020 terdapat 262.214 Pasangan Aktif (PA) dan mengalami kenaikan pada April menjadi 263.588 PA sehingga PA pembandingnya sebanyak 1.374 PA.
Untuk Droup Out (DO) per Maret 1.355 PA dan DO April 813 PA dengan DO Banding 542. “Yang kita fokuskan juga adalah unmetneed ( PUS yang belum memakai kontrasepsi dengan alasan tertentu),” ucapnya. ***
Editor: denkur
Ilustrasi: akurat.co