“Masyarakat yang biasa berbelanja di dalam pasar tidak perlu was-was karena diduga para penjual daging babi atau celeng mengedarkan dagangan mereka di luar pasar. Kalau yang belanja di dalam pasar itu sudah pasti aman,” kata Plt Kepala UPTD Pasar Banjaran.
DARA | BANDUNG – Pedagang daging sapi di pasar Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengeluhkan penurunan omzet yang signifikan dalam tiga hari terakhir ini pascaterungkapnya jaringan perdagangan daging babi oleh Polresta Bandung.
Seorang pedagang daging sapi di pasar Banjaran, Doni (35) mengaku sangat dirugikan dengan adanya kejadian perdagangan daging babi tersebut. Terutama pasar Banjaran merupakan salah satu tempat penjualan yang disebutkan oleh tersangka.
“Saya merasa sangat dirugikan dong, kan kita sebagai pedagang daging legal juga terkena imbasnya. Kepercayaan dari konsumen jadi berkurang, otomatis omzet pun menurun,” ungkap Doni saat ditemui dara.co.id di pasar Banjaran, Jumat (15/5/2020).
Menurut Doni, selama masa pandemi covid-19 ini omzetnya memang sudah menurun, ditambah kejadian ini. Biasanya sehari ia bisa menjual satu kwintal daging sapi, sekarang hanya 20-50 kilogram saja yang terjual.
“Setelah kejadian omzet turun hampir 30-40 persen. Biasanya sampai satu kwintal lebih, sekarang paling banyak itu antara 20-50 kilogram saja yang laku,” katanya.
Saat ini, Doni hanya menjual daging lokal karena sejak PSBB tidak ada lagi suplai daging impor. Sementara harganya sudah mulai naik meskipun belum melonjak tajam, diperkirakan harga akan melonjak pada H-4 lebaran.
Pedagang daging lainnya, Vera (33) mengatakan, dalam tiga hari ini dagangannya sepi pembeli. Banyak konsumen yang datang hanya sekadar menanyakan keaslian daging yang dijualnya tanpa membeli.
Vera berharap situasi akan segera stabil karena biasanya setelah kejadian seperti itu (penjualan daging babi), butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa mengembalikan situasi stabil kembali.
“Tentu harapannya bisa segera stabil lagi. Dulu juga pernah kejadian seperti ini, ya selama berbulan-bulan situasi jadi tidak stabil. Butuh waktu lama biar bisa normal lagi, belum lagi kan sekarang lagi corona,” ungkap Vera.
Menurut Vera, pemerintah sudah menurunkan tim untuk mengambil sampel daging jualannya dan dilakukan test laboraturium. Hasilnya negatif, namun ia berharap pemerintah lebih intens lagi melakukan sidak dan pengecekan agar situasi tetap terkendali.
Sementara itu, Plt Kepala UPTD Pasar Banjaran, Kholid Abdullah membenarkan bahwa Disperindag Kabupaten Bandung diwakili UPTD Pasar Banjaran bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Balai Besar Veteriner Subang telah melaksanakan pengambilan sampel produk asal hewan di pasar tradisional Banjaran.
Ada sebanyak 33 kios penjual daging sapi yang diambil sampelnya, dan hasilnya semua negatif daging babi atau celeng. Sehingga, kata Kholid, masyarakat yang sering berbelanja daging sapi di pasar Banjaran tak perlu takut.
“Masyarakat yang biasa berbelanja di dalam pasar tidak perlu was-was karena diduga para penjual daging babi atau celeng mengedarkan dagangan mereka di luar pasar. Kalau yang belanja di dalam pasar itu sudah pasti aman,” ujar Kholid.
Pihak UPTD pasar Banjaran akan terus menyoaialisasikan keamanan daging sapi yang di jual di pasar tersebut kepada masyarakat agar kondisi bisa segera stabil.
“Hasil laboratorium kan sudah keluar dan semua negatif, jadi kita akan terus memberi tahu kepada masyarakat agat situasi cepat stabil. Kasihan para pedagang, biasanya kan kalau jelang lebaran gini omzet naik berkali-kali lipat, tahun sekarang malah kemungkinan menurun,” terangnya.***
Editor: Muhammad Zein