Tiga fasilitas itu menjadi contoh karena sudah mendapat sertifikasi.
DARA | Semenjak diresmikan oleh Plt Dirjen Pas Kementerian Hukum dan HAM RI, Dapur H2O (Halal, Higienis, dan Zero Waste), klinik Pratama HIJRAH dan produk unggulan Coir Shade pada Lapas Garut sering dijadikan bahan studi tiru oleh unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Terbaru, Lapas Kelas IIA Garut menerima kunjungan dari Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung pada Rabu (30/10/2024), guna meninjau pelaksanaan dan kondisi pelayanan serta pembinaan yang menjadi primadona Lapas Garut, yakni berupa peninjauan sarana dan prasarana dapur, klinik dan produk unggulan pemanfaatan limbah serabut kelapa (Coir Shade).
Kepala Lapas (Kalapas) Kelas IIA Garut, Rusdedy, mengatakan tiga fasilitas itu menjadi contoh karena sudah mendapat sertifikasi atau dianggap memenuhi standar dalam pelayanan kepada Warga Binaan.
“Dapur H20 setiap harinya menyajikan makanan bagi ratusan warga binaan dengan variasi menu sesuai asupan gizi yang sudah ditentukan setiap harinya,” ujar Rusdedy, Rabu (30/10/2024).
Oleh karena itu, menurut Rusdedy, warga binaan yang menjadi tamping diberikan blok atau kamar hunian yang terpisah dengan blok pada umumnya. Hal ini guna menjaga dan menjamin makanan yang disajikan terbebas dari kontaminasi makanan.
Sementara itu, dalam hal pelayanan kesehatan, lanjut Rusdedy, klinik Pratama HIJRAH sudah mendapatkan akreditasi dari lembaga independen Pemerintah serta perawatan inap secara “GRATIS” bagi WBP yang dirawat di RSUD dr Slamet Garut.
“Sedangkan dalam hal pembinaan kemandirian, Lapas Garut memiliki produk unggulan “Coir Shade” yang merupakan hasil tangan karya warga binaan bekerja sama dengan pihak ketiga, dimana hasilnya akan diekspor ke berbagai negara di Eropa,” ujarnya.
Rudedy menambahkan, bahwa mendapatkan pelayanan kesehatan, makanan yang layak, dan pembinaan kemandirian maupun kerohanian adalah salah satu hak dari Warga Binaan yang sedang menjalani pidana di dalam Rutan atau Lapas.
“Oleh karena itu, Lapas Garut berkomitmen penuh untuk memberikan pelayanan hak tersebut secara sangat baik dan tanpa dipungut biaya apapun alias gratis,” katanya.
Sementara itu, Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung, Margono, berharap melalui studi tiru ini bisa menambah ilmu serta pembelajaran yang berharga untuk dijadikan referensi, sehingga dapat membantu dalam meningkatkan mutu pelayanan terhadap WBP di Lapas Narkotika Bandung.***
Editor: denkur