Intensitas penggunaan media sosial yang berdampak pada kesejahteraan psikologis.
DARA| Program Studi Psikologi Universitas Paramadina sukses menyelenggarakan Seminar Nasional bertema “Improving Resilience in Gen Z for Competing in Industrial Revolution 5.0” pada Senin (2/12/24).
Seminar ini menghadirkan sejumlah pembicara ahli dari berbagai bidang untuk membahas tantangan yang dihadapi generasi Z (Gen Z) dalam membangun ketahanan diri di era Revolusi Industri 5.0.
Seminar ini dimulai dengan pemaparan dari Fatchiah E. Kertamuda, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas paramadina, yang meposisikan dirinya sebagai representasi Generasi X.
Ia menyoroti tantangan utama yang dihadapi Gen Z, seperti tekanan sosial dan media sosial, kurangnya keterampilan menghadapi stres, serta krisis identitas.
Berdasarkan data pengguna internet di awal 2024 yang mencapai 34,4% dari populasi, banyak Gen Z mengalami tekanan dua kali lipat karena fenomena FOMO (Fear of Missing Out) dan intensitas penggunaan media sosial yang berdampak pada kesejahteraan psikologis.
Abdul Aziz, S.Psi., menambahkan pentingnya pengembangan diri secara total. “Tidak bisa hanya setengah-setengah, untuk menghadapi tantangan era ini, kita harus menyelami perubahan sepenuhnya,” ungkapnya.
Pentingnya Program Kesehatan Mental dan Fleksibilitas Kerja
Sementara itu, Elis Yulia Ningsih, M.Psi., Psikolog, menyampaikan data dari Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2023, yang menunjukkan lebih dari 147 juta orang dari generasi Y dan Z sedang mencari pekerjaan. “Resiliensi mencakup aspek mental toughness dan social support, yang menjadi bekal penting untuk bersaing di dunia kerja,” ujarnya.
Sedangkan Tsuwaibah, S.Psi., menjelaskan resiliensi adalah kemampuan beradaptasi dan menghadapi kesulitan, hal yang sangat relevan untuk dunia kerja yang dinamis.
Sedangkan Adrian A. Wijanarko, MM., menekankan Revolusi Industri 5.0 tidak hanya soal efisiensi teknologi, tetapi juga menciptakan dunia yang lebih baik bagi manusia dan lingkungan. Ia menyoroti pentingnya program kesehatan mental dan fleksibilitas kerja untuk membangun resiliensi organisasi dan karyawan.
Dalam sesi terakhir, Nidya Nurmala, M.Psi., Psikolog, berbagi perspektif dari dunia sumber daya manusia (HRD). “Banyak HRD melihat Gen Z secara negatif karena perilaku mereka yang dianggap kurang profesional, seperti menolak wawancara kerja dengan alasan sudah memiliki janji pribadi. Ini menunjukkan pentingnya pembekalan nilai-nilai profesionalisme bagi Gen Z,” jelasnya.
Editor: Maji