DATA| JAKARTA – Data beras antara Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian berbeda. Harmanto bin Ashari Prawito, Direktur Statistik Tanaman Pangan Holtikultura menyarakan pemerintah mengakhiri polemik itu, jangan terus digulirkan, sebab akan mencerai kepercayaan publik.
Persoalan beras perlu dilihat dari tingkat konsumsi, bukan produksi. Harmanto juga menyampaikan, sebetulnya data perbaikan untuk pangan sudah diingatkan sejak lama. Pasalnya, saat itu ada indikasi produksi beras diperkirakan tinggi. Namun, BPS tidak percaya diri untuk mengeluarkan data pangan.
“Ketika terakhir di pemerintahan sebelum Pak Jokowi sudah disampaikan oleh kepala BPS tentang pemerintah (harus) meninjau kembali bagaimana menyajikan data produksi beras. Artinya sudah cukup masif, dan baru saat Pak Wapres memberikan jaminan untuk oke lakukan, maka secara percaya diri BPS melakukan,” ujarnya.
Tempo hari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat potensi surplus beras mencapai 2,85 juta ton di 2018. Diperoleh menggunakan metode kerangka sampel area (KSA) untuk melakukan penghitungan luas panen gabah kering giling (GK), kemudian dikonversi menjadi proyeksi produksi beras secara nasional.***
Editor: denkur