DARA | CIANJUR – Debit air sejumlah irigasi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mulai mengalami menyusut. Penyusutan itu tidak terlalu signifikan karena masih turun hujan.
“Laporannya sudah ada yang kita terima, di sejumlah jaringan irigasi debit permukaan airnya mulai menyusut. Meskipun masih dapat digunakan untuk mengairi lahan pertanian,” kata Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Cianjur, Wiguno Prihantono, Kamis (20/6/2019).
Wiguno menyebutkan, daerah Irigasi yang dikelola Pemkab Cianjur terbagi ke dalam tujuh wilayah. Daerah Irigasi Balai Wilayah I Cianjur Kota terdapat 16 titik dan tiga di antaranya dikelola Pemprov Jawa Barat.
Kemudian Balai Wilayah II Cibeber terdapat 19 titik dan dua di antaranya dikelola Pemprov Jawa Barat. Balai Wilayah III Ciranjang terdapat 1 titik, Balai Wilayah IV Cikalong terdapat 12 titik, Balai Wilayah V Sukanagara terdapat 4 titik, Balai Wilayah VI Pagelaran terdapat 8 titik, dan Balai Wilayah VII Cidaun terdapat 4 titik.
Wiguno mengaku mulai berkurangnya debit air di jaringan-jaringan irigasi mulai dibarengi dengan upaya pengaturan agar pasokan ke setiap lahan persawahan masih bisa dilakukan. “Pasti kami lakukan pengaturan. Misalnya per blok atau sistem gilir giring. Kami sesuaikan dengan volume debit air yang ada,” ujarnya.
Pola pengaturan air itu bekerja sama dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai serta dengan pemerintahan desa. Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Kabupaten Cianjur mengelola sekitar 161 irigasi teknis dan irigasi sederhana.
“Kebanyakan itu irigasi desa. Kalau irigasi teknis relatif sedikit,” katanya.
Ia memperkirakan puncak kemarau tahun ini sekitar Juli atau Agustus. Kondisinya tak jauh berbeda dengan tahun lalu.
“Kalau sekarang belum terlalu disebut kemarau. Prediksi akan terjadi pada Agustus merupakan puncak kemarau. Dari laporan di lapangan masih ada yang menanam,” ujarnya.
Dinas PUPR selalu berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Pangan Perkebunan, dan Holtikultura Kabupaten Cianjur memantau kondisi di lapangan. Koordinasi dinilai cukup penting untuk mengetahui kondisi lahan sawah yang mengalami puso, kekeringan, hingga lahan sawah yang tak bisa ditanami.
Dari sekitar 161 jaringan irigasi, lanjut dia, debit airnya bisa mengaliri sekitar 37 ribu lebih hektare lahan sawah di seluruh Kabupaten Cianjur. “Sejauh ini laporan dari Dinas Pertanian belum ada lahan sawah yang kekeringan dengan kategori berat,” kata dia.
Wiguno juga mengaku tak bisa berbuat banyak apalagi debit air sudah betul-betul turun drastis. Selama ini pihaknya hanya bisa memaksimalkan jaringan-jaringan irigasi yang belum kering.
“Kalau terjadi penurunan air secara drastis, kita sudah tak bisa mengaturnya. Makanya, sekarang kita maksimalkan betul debit air yang masih ada,”ujarnya.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan