“Saya meminta kepada para pihak seperti Polri, KONI, PSSI dan Cabor-Cabor untuk menentukan dulu pertandingan mana yang bisa dibuka, karena tidak semua cabor menimbulkan kerumunan massa,” katanya.
DARA | BANDUNG – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Efendi mengatakan olahraga merupakan satu kegiatan yang dianjurkan di masa pandemi covid-19, karena dapat meningkatkan imunitas tubuh.
“Jadi, ada poin penting yang perlu disampaikan kepada publik bahwa di masa pandemi ini olahraga menjadi satu hal yang penting dilakukan untuk meningkatkan imunitas. Inilah momentum untuk merubah mindset, bahwa diam saja dirumah itu tidak produktif,” ungkap Dede di Banjaran, Sabtu (27/1/2021).
Karena itu, dalam beberapa diskusi bersama Kemenpora, KONI, PSSI dan lainnya, pihaknya selalu meminta agar olahraga bisa dipertandingkan kembali. Namun, menurut Mabes Polri, hal tersebut terbentur dengan surat Kapolri sebelumnya yang mengatakan jangan ada kerumunan. Seandainya surat Kapolri tersebut bisa ditinjau ulang, maka olahraga bisa dibuka kembali.
“Saya meminta kepada para pihak seperti Polri, KONI, PSSI dan Cabor-Cabor untuk menentukan dulu pertandingan mana yang bisa dibuka, karena tidak semua cabor menimbulkan kerumunan massa,” katanya.
Setelah itu berjalan dan dilakukan uji coba untuk menjadi best marking, maka sepakbolalah yang menjadi endingnya. Karena untuk menggelar sepakbola itu dibutuhkan komitmen yang jelas antara para suporter.
“Itu menjadi penting sekali, untuk mengedukasi para suporter bagaimana cara menonton yang baik,” ujarnya.
PSSI pun sudah mengatakan akan menggunakan beberapa format seperti yang sudah dilakukan di negara lain, yang mana sudah ada yang menggelar pertandingan-pertandingan semi virtual.
Dede memaparkan bahwa Piala Menpora sebenarnya adalah uji coba test cash, mampukah antara PSSI, KONI, dan Liga melaksanakan protokol kesehatan yang akan dilakukan dan itu bisa menjadi best marking atau bisa menjadi sebuah tatanan dasar bagi pertandingan-pertandingan berikutnya.
“Jadi besok itu adalah uji cobanya, bentuknya seperti apa saya tidak tahu karena tidak mengikuti diskusinya. Namun, yang jelas protokol kesehatan itu harus diterapkan,” paparnya.
Hal tersebut menurut Dede seperti sektor pariwisata, dimana Presiden telah memerintahkan untuk mengembalikan kepercayaan publik bahwa kita masih bisa melakukan pariwisata dan bisa melakukan pertandingan-pertandingan olahraga dengan cara-cara yang spesifik dan berkomitmen terhadap protokol kesehatan.
Terkait kemungkinan masyarakat atau para suporter yang melakukan nonton bareng (Nobar), sebetulnya yang harus dilakukan adalah sosialisasi dan pendekatan kepada kelompok-kelompok bobotoh (suporter) agar ada kesadaran untuk tidak menonton secara berkelompok atau nobar.
“Jadi mungkin ada batasan-batasan, nobar itu harus berapa orang, cara-caranya bagaimana, dan itu dilaporkan kepada kelompoknya, misalnya bobotohnya atau vikingnya, sehingga pemantauan itu tetap terjadi,” jelasnya.
Dede berharap, pada saat-saat tersebut, petugas keamananpun melakukan pemantauan, bukan di tempat pertandingannya, melainkan ditempat-tempat nobar seperti di warung-warung.
“Tujuannya bukan melarang menonton, tetapi tujuan utamanya adalah mencegah penyebaran covid-19 yang makin meningkat,” pungkasnya.
Editor : Maji