Defisit Neraca Dagang Akibat Ekonomi China

Senin, 17 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ILustrasi Ilmu Ekonomi ID/net

ILustrasi Ilmu Ekonomi ID/net

DARA | JAKARTA – Defisit US$2,05 yang membebani neraca perdagangan, Nobember kemarin, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, disebabkan kinerja ekspor memble akibat banyaknya tantangan eksternal yang dihadapi, terutama tantangan dari China. “Pertumbuhan ekonomi China diprediksi kian melambat hingga akhir tahun, sehingga ekspor Indonesia ke China pun tidak optimal,” ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekspor Indonesia ke China November turun US$153,8 juta ketimbang bulan sebelumnya. Penurunan terjadi menyusul pelemahan pertumbuhan ekonomi China di kuartal III lalu yang hanya mencapai 6,5 persen atau melemah dibanding kuartal sebelum 6,7 persen.
Selain itu, saat ini China juga tengah melakukan penyesuaian kebijakan di internalnya dan kinerja industri manufakturnya masih dibayang-bayangi oleh perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Jika produksi melambat, kebutuhan bahan baku impor dari Indonesia juga kian berkurang.
“Beberapa komoditas Indonesia, maupun pasar tempat Indonesia untuk mengekspor harus dilihat hati-hati karena pertumbuhan ekonomi China dalam adjustment,” jelas Sri Mulyani di kantornya, dilansir dari CNN, Senin (17/12).
Tak hanya itu, saat ini pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan melemah dan akan berlanjut di tahun depan. Ia mencontohkan, International Monetary Fund (IMF) sebelumnya memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya mencapai 3,7 persen dari ramalan sebelumnya 3,9 persen.
Begitu pun dengan para pemimpin negara-negara G-20 yang memprediksi penurunan pertumbuhan ekonomi tahun depan. Jika pertumbuhan ekonomi mengetat, permintaan impor dari Indonesia juga berkurang.
Makanya, Indonesia perlu berhati-hati dalam mencari pasar ekspor baru dan dengan komoditas yang sangat sensitif dengan isu di luar ekonomi.
“Dengan ekonomi yang tendensinya melemah di pasar-pasar tujuan baru, kemungkinan menyerap ekspor di sana akan terbatas. Tentu Indonesia juga harus hati-hati untuk mengelolanya, terutama external account Indonesia,” jelas Sri Mulyani.
Di tengah kondisi ekspor yang masih lesu, maka pemerintah punya pekerjaan rumah dalam menghalau impor masuk. Sejauh ini, implementasi kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) 22 impor bagi 1.147 pos tarif demi menekan impor barang konsumsi diklaim pemerintah sudah efektif.
Data BPS menunjukkan penurunan impor barang konsumsi sebesar 4,7 persen secara bulanan pada November silam. Hanya saja, harus ada perhatian khusus dari industri non-migas dan migas agar impor bahan baku manufaktur dan migas bisa ditekan.
Meski, pada bulan lalu, impor migas dan impor bahan baku masing-masing turun 2,8 persen dan 4,14 secara bulanan. “Tentu kalau sektor migas dan non-migas ini memperhatikan industri dalam negeri untuk substitusi,” ujarnya.
BPS mencatat defisit neraca perdagangan pada November kemarin di angka US$2,05 miliar. Secara tahun kalender, defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai US$7,51 miliar sepanjang 2018 ini.
Hal ini disebabkan karena nilai impor yang lebih besar dari ekspornya. Impor pada bulan lalu tercatat US$16,87 miliar sementara ekspor hanya bertengger di US$14,83 miliar. Kinerja ekspor November sendiri terbilang melemah 6,69 persen dibanding Oktober.***

Editor: denkur

Bahan: CNN

Berita Terkait

Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industri yang Kuat
Presiden Prabowo Tegaskan Layanan Bank Emas Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia Dukung Ketahanan Ekonomi Nasional
Presiden Prabowo Resmikan Pegadaian sebagai Bank Emas Pertama di Indonesia
KAI Bersama UMKM Binaan Turut Serta dalam Program Pelatihan “UMKM Naik Kelas” untuk Wujudkan Ekonomi Mandiri dan Berkelanjutan
Pertamina Tegaskan Kualitas Pertamax Sesuai Spesifikasi
FIFGROUP Raih Penghargaan Indonesia Digital Sustainability Awards 2025
Apresiasi Agen Hebat, Pegadaian Gelar Agen Pegadaian Awards 2024 National
Tren Belanja Online 2024: 62% Gen Z Belanja via Live Shopping
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 1 Maret 2025 - 12:53 WIB

Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industri yang Kuat

Kamis, 27 Februari 2025 - 12:56 WIB

Presiden Prabowo Tegaskan Layanan Bank Emas Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia Dukung Ketahanan Ekonomi Nasional

Kamis, 27 Februari 2025 - 12:40 WIB

Presiden Prabowo Resmikan Pegadaian sebagai Bank Emas Pertama di Indonesia

Kamis, 27 Februari 2025 - 12:36 WIB

KAI Bersama UMKM Binaan Turut Serta dalam Program Pelatihan “UMKM Naik Kelas” untuk Wujudkan Ekonomi Mandiri dan Berkelanjutan

Rabu, 26 Februari 2025 - 19:54 WIB

Pertamina Tegaskan Kualitas Pertamax Sesuai Spesifikasi

Berita Terbaru

Masjid Al Jabbar (Foto: Ist)

BANDUNG UPDATE

Jadwal Buka Puasa Wilayah Bandung Raya Hari Ini

Senin, 3 Mar 2025 - 16:06 WIB

JABAR

Perang Sarung di Sukabumi, Seorang Remaja Kena Bacok

Senin, 3 Mar 2025 - 15:46 WIB

Bupati Sukabumi, Asep Japar (Foto: Istimewa)

JABAR

Bupati Sukabumi: ASN Harus Kompak

Senin, 3 Mar 2025 - 15:18 WIB