Jawa Barat rawan bencana terutama banjir, longsor, dan angin puting beliung setiap musim hujan. Curah hujan tertinggi terjadi pada Januari-Februari.
PROVINSI Jawa Barat dianugerahi lanskap alam yang indah, mulai pegunungan yang sejuk nan asri hingga pantai, air terjun, atau curug (air terjun) yang memanjakan mata. Kreativitas warganya pun melahirkan banyak potensi wisata budaya dan buatan.
Tak ayal, wisata alam, budaya, hingga buatan itu membuat sektor pariwisata Jawa Barat dikenal dan menarik turis lokal maupun mancanegara. Kini, Pemprov Jawa Barat bersiap menyambut lonjakan wisatawan di libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 (Nataru 2019/2020).
Namun, libur di penghujung 2019 ini bersamaan pula dengan musim hujan di Indonesia. Karena itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat mengimbau wisatawan dan masyarakat siaga bencana di momen libur akhir tahun.
“Secara umum, seluruh wilayah Jabar sudah masuk musim hujan, merata sejak minggu lalu. Curah hujan tertinggi pada Januari-Februari, potensi bencana banjir, longsor, dan angin kencang meningkat,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Tony Agus Wijaya, di acara JAPRI ke-57 di Gedung Sate Kota Bandung, Jumat (27/12/19).
Menurut dia, masyarakat bersama pemerintah harus mengantisipasinya, mulai dari membersihkan saluran air di dekat rumah agar air tidak meluap jadi genangan atau banjir, juga mengantisipasi pohon yang tumbuh miring di lereng bukit. Selain itu, Tony juga memaparkan, potensi hujan khususnya di Kota Bandung terjadi pada siang dan sore hari.
Dia menyarankan, kegiatan dilakukan pada pagi atau malam hari agar tidak terkendala guyuran hujan. “Kami sarankan kepada masyarakat, cek info cuaca, potensi hujan, potensi cuaca ekstrem, agar aktivitas menyesuaikan dan lancar.”
Kasi Rehabilitasi BPBD Provinsi Jawa Barat, Adwin Singarimbun, mengatakan, daerah ini rawan bencana terutama banjir, longsor, dan angin puting beliung setiap musim hujan. Selain pemantauan selama 24 jam dari BPBD dan koordinasi kesiapsiagaan bersama 1800 personel dari pemerintah, TNI/Polri, hingga relawan, Adwin juga menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengantisipasi bencana.
“Kepada masyarakat, kami imbau jangan jadi obyek. Tapi jadi subjek berdaya. Mereka harus mampu mengurangi risiko bencana di wilayahnya, karena yang terpenting kesiapsiagaan masyarakat,” katanya.
Kesiapsiagaan bisa menyelamatkan mereka dari bencana. Penelitian di Jepang bahkan menyebut kesadaran sendiri berperan 90 persen terhadap keselamatan saat bencana.
“Jadi masyarakat harus tahu potensi ancaman atau bencana di mana pun,” ujarnya.
Adwin menambahkan, penanggulangan juga dilakukan dengan konsep Pentahelix yang melibatkan akademisi, media, pebisnis, komunitas, dan pemerintah. “Jika kita bisa mengurangi risiko bencana, dampak bencana juga bisa dikurangi.”
Selain bersamaan musim hujan, libur Nataru 2018/2020 dipastikan juga menyebabkan kemacetan panjang di sejumlah titik terutama lokasi wisata. Kasubbid PID Bidang Humas Polda Jabar, Abdussalam, mengatakan, pihaknya telah menyesuaikan Operasi Lilin Lodaya 2019 dengan situasi dan kondisi terkini.
Operasi ini diatur sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dinamis di Jabar, seperti jalan baru, objek wisata baru, dan titik baru tempat masyarakat merayakan tahun baru. “Jadi strategi berbeda. Ada beberapa kegiatan masyarakat yang spontan dan tiba-tiba, itu kami antisipasi juga,” kata Abdussalam.
Terkait titik kemacetan di Jawa Barat, tersebar di wilayah Pangandaran, Ciwidey, serta jalur Puncak. Pukul 18:00 WIB pada 31 Desember, jalur Puncak dilakukan penutupan dan pengalihan arus sampai pukul 06:00 pada 1 Januari (2020).
“(Tentang) objek wisata Ciater, mulai masuk Lembang sudah terjadi kemacetan arus lalu lintas lewat jalur normal Subang menuju Jalan Cagak. Masalah di jalur tersebut, terbatas satu jalur tidak ada alternatif pembuangan kemacetan,” ujar dia.
Untuk itu, Polda Jabar memastikan akan menertibkan kantong parkir liar yang mengganggu serta menempatkan petugas di beberapa perempatan yang dianggap rawan. Sementara untuk pengelolaan arus menuju Kawah Putih Ciwidey, pihaknya menekankan agar tidak ada bus yang naik ke tempat wisata.
“Jadi parkir di terminal atau kantong parkir yang disediakan. Kerja sama Polres setempat dengan pengelola wisata, sudah dikoordinasikan untuk menyiapkan kendaraan,” katanya.
Fokus Polda Jabar adalah mengurai kemacetan agar jangan sampai roda kendaraan tidak berputar. “Jadi selama roda berputar, tidak terjadi kemacetan,” ujarnya.
Operasi Lilin Lodaya 2019 berlangsung sejak 23 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020. Secara nasional, operasi ini melibatkan 191.807 personel gabungan, termasuk Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Pemadam Kebakaran, hingga Linmas.
Sementara SK Siaga Darurat Bencana Banjir dan Longsor bagi 27 kabupaten/kota di Jawa Barat sudah ditetapkan sejak 1 Desember 2019 hingga 30 Juni 2020. Jadi, siap asyik berwisata dengan aman dan siaga?***
Editor: Ayi Kusmawan