Faktor ekonomi jadi penyebab utama tingginya angka perceraian di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Setiap tahun kasus cerai gugat dari pihak pasangan perempuan lebih tinggi dibanding kasus cerai talak.
DARA | CIANJUR – Humas Pengadilan Agama Kabupaten Cianjur, H Asep, juga mengatakan, kebanyakan kasus gugatan tersebut disebabkan oleh faktor ekonomi. Mulai dari suami yang tidak menafkahi istri, penghasilan suami yang lebih kecil dari istri, hingga percekcokan berkepanjangan akibat faktor tersebut.
“Angkanya terus meningkat, dan pihak perempuan yang banyak mengajukan gugatan talak. Rata-rata faktor ekonomi menjadi penyebabnya,” kata Asep, kepada wartawan, Rabu (26/2/2020).
Berdasarkan data yang dimiliki Pengadilan Agama Cianjur, pada tahun 2018 tercatat ada 3.961 kasus perceraian yang ditangani, terdiri dari 3.394 cerai gugat dan 567 cerai talak.
Di tahun 2019, angka perceraian mengalami peningkatan menjadi sebanyak 4.415, terdiri dari 3.370 cerai gugat dan 645 cerai talak.
Sedangkan di awal 2020 ini, Pengadilan Agama sudah menerima ratusan permohonan perceraian. Pada 1 Januari hingga 24 Feberuari, tercatat ada 497 perkara cerai gugat dan 83 cerai talak.
“Paling besar faktor ekonomi sekitar 70 persen dari total kasus perceraian, selanjutnya ada masalah akhlak dan KDRT sebesar 10 persen, kemudian terkait perselingkuhan dan lainya,” ucap Asep.
Asep menjelaskan, dari masalah penghasilan itu, banyak dari pihak istri yang merasa dirinya dieksploitasi oleh pasangannya. Mengingat suaminya hanya mengantarkan bekerja ke pabrik dan kembali ke rumah.
Bahkan saat pulang, suami meminta untuk dilayani secara seksual. Hal itu nantinya akan berujung pada percekcokan jika memang komunikasi antara pasangan tidak baik.
Khusus untuk perempuan yang bekerja ke luar negeri, lanjut Asep, tidak sedikit suaminya yang tak bertanggungjawab atas penghasilan istri yang dikirimkan. Akibatnya perasaan dieksploitasi juga muncul.
“Makanya dari faktor ekonomi itu merembet, baik ke percekcokan yang berkepanjangan hingga dampak lainnya. Tapi pada intinya kembali ke masalah ekonomi. Ada juga yang karena istrinya berpenghasilan lebih besar, suaminya jadi minder,” tuturnya.
Perlu ada peran semua pihak dalam menekan angka perceraian di Kabupaten Cianjur. Kata Asep, diantaranya dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi kaum pria serta pelatihan keterampilan hingga mereka bisa berwirausaha.***
Wartawan: Purwanda | Editor: denkur