Para pengrajin tahu di Kampung Lembur Tahu, Desa Cangkuang, Kecamatan Cangkuang melakukan mogok produksi massal akibat melambungnya harga kacang kedelai.
DARA – Menurut salah seorang pengrajin tahu, Asep Akek (45) mereka menghentikan sementara proses produksi tahu dari tanggal 31 Desember 2020 hingga 2 Januari 2021 kemarin. Hal tersebut akibat terus melambungnya harga bahan baku kacang kedelai, sedangkan harga penjualan di pasar tidak ada kenaikan.
“Jujur saja, selama hampir sebulanan ini kami merugi, bukan dapat keuntungan malah nombok buat modal,” kata Asep ditemui di pabrik tahunya, Minggu (3/1/2021).
Asep memaparkan saat ini harga kedelai mencapai Rp9500 per kilogram bahkan ada yang sampai Rp10.000 per kilogramnya. Sedangkan harga biasanya adalah sekitar Rp7000 saja.
Selama ini mereka mendapat suplai kacang kedelai dari Ciherang, Banjaran, namun ada juga yang membeli langsung ke Bandung.
“Biasanya sih sekitar tujuh ribu, kadang kurang kadang lebih sedikit, standarnya segitu, kalau sekarang naiknya hampir tiga puluh sampai empat puluh persen jadi sembilan ribu lima ratus,” ujar Asep.
Dengan kenaikan harga tersebut, secara otomatis biaya produksi pun bertambah, sementara harga jual ke pasar masih diharga biasa yaitu Rp400 – Rp600 per buahnya, sehingga para pengrajin tidak mendapatkan keuntungan.
“Ya mau untung gimana, di pasar kan harganya tetap, kita mau naikin harga juga nggak bisa sepihak, harus kesepakatan bersama. Kalau misal saya jual dengan harga tinggi, sementara pengrajin lain enggak naik juga kan bakal jadi masalah, soalnya nanti pelanggan pada pindah,” jelasnya.
Para pengrajin di Lembur Tahu sendiri jumlahnya ada sekitar 50 orang dengan pasar penjualan yang berbeda-beda, sehingga akan cukup sulit untuk menentukan kenaikan harga tahu, pasalnya di tiap pasar itu pangsanya berbeda-beda.
Lebih jauh Asep menjelaskan bahwa biaya produksi tahu per harinya cukup tinggi. Ia sendiri per hari biasa memproduksi tahu dengan menggunakan bahan baku kacang kedelai sebanyak 1 kuintal. Dari bahan baku tersebut bisa menghasilkan produksi tahu sebanyak 4500-5000 buah dengan harga jual Rp.400-Rp.600 ke pasar.
Sementara untuk sekali produksi bukan hanya memerlukan bahan baku kacang kedelai saja, mereka juga memerlukan bahan bakar kayu, listrik, dan upah pegawai yang jika ditotalkan semuanya mencapai sekitar Rp. 1.700.000 dalam sekali produksi (per hari).
“Ya kalau dihitung-hitung ruginya sekitar seratus lima puluh ribuan per hari,” katanya.
Menurut Asep, dengan melakukan mogok produksi kemarin, para pengrajin tahu berharap para pelanggan bisa menerima kenaikan harga yang akan ditetapkan oleh mereka, selain itu mereka juga berharap ada perhatian dari pemerintah.
“Kalaupun naik, tahu itu paling seratus atau seratus lima puluh per buahnya. Yang paling utama sih kita menginginkan perhatian dari pemerintah, selama ini kan minim sekali perhatiannya. Cobalah di saat seperti ini harus hadir dan bisa memberi solusi buat kita,” pungkas Asep.***
Editor: denkur