Digitalisasi Lenyapkan Kesombongan Sastra Indonesia

Kamis, 30 September 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Waktu saya jadi wartawan Surat Kabar Mingguan Galura, 1987 – 1997, Aan Merdeka Permana (AMP) berujar bahwa Sastra Sunda Sombong jeung Cedihan.


Pengarang novel Senja Jatuh di Pajajaran itu mengisyaratkan betapa sulit bagi khususnya pengarang pemula mendapatkan apresiasi dari para sastrawan Sunda saat itu.

Saya sepakat dengan pendapat AMP. Bahkan, bagi saya, bukan hanya Sastra Sunda. Sastra Indonesia pun sombong. Artinya, pada jaman pra-internet, tak mudah bagi pemula mendapatkan penghargaan dari para
sastrawan.

Sebelum karangan atau karya sastra mendapatkan pengakuan dari para petinggi sastra, ia harus berhasil membobol gawang sang redaktur kebudayaan. Dialah penguasa yang menentukan sebuah karya itu layak atau tidak layak untuk dimuat dalam media cetak.

Tentu saja, redaktur kebudayaan adalah orang yang dianggap mumpuni dalam kesusastraan. Dia memahami kaidah-kaidah seni sastra. Bahkan, bisa jadi dia sendiri seorang sastrawan terkenal, sebab itu tak mudah meluruhkan kesombongannya.

Dengan keangkuhannya, dia bisa merobek ribuan naskah (karya sastra) serta membuangnya ke tong sampah.
Dengan kata lain, penerbitan karya sastra di jaman kejayaan media cetak adalah sebuah proses panjang nan ketat.

Seiring perubahan jaman, kini kesombongan itu lenyap digerus digitalisasi. Keangkuhan Sastra Indonesia rubuh diterjang tren siber sastra. Tangan besi sang redaktur kebudayaan lumpuh dipatahkan teknologi online.

Kini, siapa pun bisa menerbitkan karya sastranya di dunia maya. Tanpa seleksi ketat, sistem online memungkinkan orang menerbitkan banyak karya setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik, oleh tangannya sendiri, sesuai perintah hatinya sendiri.

Dengan ponsel cerdasnya, si sastrawan muda bisa meng-upload karyanya di medsos atau blog pribadinya kapan saja dan di mana saja yang penting ada sinyal.

Sastrawan masa kini dapat merasakan kebebasan berkarya. Kebebasan yang diidamkan para seniman dari berbagai jaman.

Inilah momen penuh sukacita. Setidaknya bagi saya–dan bisa jadi AMP– yang sempat berduka atas kesombongan Sastra (Sunda) Indonesia.

Apakah sastra digital lebih bagus dari sastra cetak? Atau sebaliknya? Hanya Sang Waktu yang dapat menilainya. Penentuan bagus atau jeleknya suatu karya tergantung sudut pandang orang yang menilainya, tergantung siapa yang menilainya, juga tergantung orang dari jaman apa yang menilainya.

Satu hal pasti, banyak sastrawan dari masa silam yang menikmati indahnya dunia maya. Sebut saja Godi Suwarna, Tatang Sumarsono, dan Diro Aritonang. Mereka rajin meng-upload karyanya di Facebook.

Bisa jadi, semangat berkarya di media online itu dipicu oleh bergugurannya rubrik sastra di media cetak. Inilah hukum karma bagi kesombongan Sastra (Sunda) Indonesia.***

Rakhmat Margajaya telah menulis lebih dari 20 buku cerita budi pekerti untuk anak-anak, tinggal di
Sanggar Indah Banjaran Kabupaten Bandung.

Berita Terkait

Puncak Perayaan Hari Puisi Indonesia: Kembali ke Akar, Kembali ke Sumber
“Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah” Tampil di Gedung Rumentang Siang, Catat Tanggalnya!
Fikmin Sunda: Falling in Love
Yuk, Kita Nikmati Lukisan Karya Jeihan di Gey Art Gallery Braga
Fiksimini Sunda # Dironom Maung #
Perpaduan Sastra dan Keroncong di Panggung Taman Indonesia Kaya, Warnai Akhir Pekan Masyarakat Kota Semarang
Antologi Puisi “Bersyair di Andir”, Untaian Cinta dari Siswa SDN Andir Majalaya
Puisi Agus Dinar : Balada Lelaki Paruh Baya Mencari Cinta
Berita ini 4 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Selasa, 24 Desember 2024 - 10:58 WIB

Puncak Perayaan Hari Puisi Indonesia: Kembali ke Akar, Kembali ke Sumber

Senin, 18 Maret 2024 - 17:17 WIB

“Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah” Tampil di Gedung Rumentang Siang, Catat Tanggalnya!

Minggu, 24 Desember 2023 - 12:37 WIB

Fikmin Sunda: Falling in Love

Senin, 20 November 2023 - 11:42 WIB

Yuk, Kita Nikmati Lukisan Karya Jeihan di Gey Art Gallery Braga

Senin, 18 September 2023 - 23:15 WIB

Fiksimini Sunda # Dironom Maung #

Berita Terbaru

Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin membuka event Pesta Kuliner Jawa Barat 2025 dengan tema ”Sono Ku Rasa, Ku Nikmat” di Gedung Sate, Kota Bandung, Jum'at (31/1/2025).(Foto: Biro Adpim Jabar)

HEADLINE

Pesta Kuliner Jawa Barat 2025, Hadirkan Makanan Legendaris

Jumat, 31 Jan 2025 - 18:10 WIB