Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk sektor perekonomian. Seperti yang dialami salah seorang pengusaha sepatu asal Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Lela (44).
DARA – Lela menuturkan dampak corona omzet penjualan sepatu menurun yang cukup drastis.
Lela (44) seorang pengusaha sepatu bermerek Asela ini telah merintis usahanya sejak tahun 2011 silam. Adapun jenis dari sepatu yang dijual adalah sepatu bola, sepatu kets, sepatu pantofel dan jenis sepatu lainnya.
Nama merek Asela ini diambil dari singkatan nama pemiliknya yaitu Asep dan Lela. Awal pembuatan sepatu Asela ini dengan membeli bahan-bahan seperti sol, alas sepatu dan bahan lainnya lalu dirangkai menjadi sepatu.
“Awal pembuatannya dari beli ini sol, terus bahan kayak gini (alas sepatu) dan ini dibeli terus dibikin,” ujar Lela saat di tokonya yang berada di Kampung Cisanca Kaler, Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Rabu (27/1/2021).
Menurut Lela, motivasi mendirikan toko sepatu ini adalah karena banyak pengangguran di tempat ia tinggal, sehingga hatinya tergerak untuk menciptakan sebuah lapangan pekerjaan agar warga sekitar bisa mempunyai mata pencaharian.
“Pertama lihat itu pengangguran banyak yah di kampung gitu jadi kita bikin usaha buat mereka biar nggak banyak kelentengan begitu biar ada pencaharian gitu,” ujarnya.
Lela menyebutkan, pada awalnya ia memiliki pekerja sebanyak 40 orang. Namun, akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang melanda maka pekerja berkurang menjadi 12 orang.
“Kalau dulu mah ada 40 sekarang mah cuman ada 12, banyak yang keluar ya karena gak bikin. 12 orang itu juga ada yang kerja ada yang tidak,” katanya.
Tak hanya pekerja yang berkurang, lanjut Lela, penjualan sepatu pun terjadi penurunan antara 70 sampai 80 persen. Ia menuturkan, kalau dulu sebelum pandemi Covid-19 ia bisa order keman-mana, namun sekarang cuma di toko saja.
Selain iu, tambah Lela, daya beli pelanggan pun turun drastis dari yang biasanya dalam seminggu terjual 40 sampai 50 kodi sekarang hanya bisa terjual 8 sampai 11 kodi saja.
“Dulu mah seminggu teh dapat 40 sampai 50 kodi sekarang mah seminggu cuman 11 sampai 8 kodi,” ujarnya.
Lela pun berharap, agar kondisi cepat normal kembali sehingga omzet dari penjualannya bisa naik kembali.
“Harapannya pengen normal kayak biasa, kalau sekolah maju ya pasti jalan lagi usahanya, kan sekarang nggak sekolah (ditutup) jadi ya penjualan juga sulit,” katanya.***
Editor: denkur