Diskusi Politik Kebangsaan, Mahfud MD Jelaskan Soal Buzzer

Kamis, 30 September 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mahfud MD (Foto: Istimewa)

Mahfud MD (Foto: Istimewa)

Prof Dr Moh Mahfud MD menanggapi tentang tingginya kemiskinan di Madura dalam diskusi “Politik Kebangsaan, Pembangunan Daerah dan Kampung Halaman” yang diselenggarakan Universitas Paramadina secara online, Rabu (29/9/2021).


DARA – “Kalau ditanya bagaimana cara memajukan Madura, sebenarnya orang asal Madura yang maju itu tidak kembali ke Madura karena kurangnya fasilitas disana. Jadi salah satu ide yang bisa diberikan adalah memajukan pendidikan terlebih dahulu dengan cara mendirikan banyak sekolah disana., kata Mahfud seperti dalam keterangan tetulis yang diterima redaksi, Kamis (30/9/2021).

Selain itu menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia ini, Madura terkenal dengan produksi garam namun karena biaya distribusi yang mahal maka ada rencana untuk membangun pelabuhan akan membantu.

“Tentu saja akan banyak penolakan karena akan terjadi penggusuran dan juga di pinggir jalan itu akan susah jika ingin berjualan kembali cuma masih akan didiskusikan hingga mendapatkan kesepakatan,” ujarnya.

Terkait anggapan bahwa pemerintah saat ini dikatakan anti Islam Mahfud menjelaskan, kalau pengertiannya anti Islam berarti benci, ketakutan atau malu terhadap Islam. Tetapi kalo dilihat sekarang pemerintah itu hampir semuanya Islam seperti NU, Muhammadiyah, HMI, sangat dominan hingga eksekutif, legislatif hampir semuanya Islam, sehingga tidak ada yang dinamakan politik anti Islam karena hampir semua aspirasi mengenai Islam itu diterima semua misalnya undang-undang pesantren, hari santri hingga adanya dana abadi dimana pemerintah menyediakan dana untuk pengembangan pesantren.

“Bagaimana bisa dikatakan anti Islam kalau sudah seperti itu. Bagaimana dikatakan anti islam jika misalnya ada kekalahan dalam pemilu sedangkan yang menang juga beragama Islam. Negara Indonesia ini bukan negara Islam tapi negara Islami yang menerapkan budaya dan nilai-nilai keislaman,” kata Mahfud.

Mahfud juga menolak adanya anggapan kriminalisasi ulama. “Kriminalisasi sendiri kan memiliki arti orang yang tidak melakukan kejahatan namun dikriminalisasikan, sedangkan saat ini ulama bebas berbicara apa saja asalkan tidak memprovokasi, membuat ujaran kebencian, dan lain-lain,” ujarnya.

Buzzer menurut Mahfud, bisa juga dikatakan hama demokrasi sebagai konsekuensi dari demokrasi. “Kalau di era dulu kan berbicara jelek mengenai presiden saja bisa hilang, sedangkan sekarang dapat berbicara apa saja kemudian menyerang beramai-ramai,” kata Mahfud.

Terkait menurunnya indeks demokrasi Mahfud menyatakan hal itu bukan hanya bertumpu pada pemerintah saja tetapi kembali juga kepada masyarakat yang tidak toleran dan juga adanya pandemi covid yang mengharuskan pemerintah bertindak keras, sehingga terlihat pemerintah tegas dan seperti menghalangi orang lain.

Sementara itu, Prof Dr Didik J Rachbini mengatakan, adanya anggapan di masyarakat bahwa pemerintah saat ini dapat dikatakan anti Islam namun ada beberapa pihak juga yang menyangkal hal ini karena adanya Pak Mahfud dan tokoh-tokoh dalam jajaran pemerintahan yang dianggap merupakan tokoh Islam.

“Tapi jika dibandingkan dengan kejadian di lapangan yang memberikan pilihan antara Pancasila dan Islam sehingga seperti menyudutkan Islam,” kata Didik.

Didik juga menyinggung bahwa di era demokrasi seperti sekarang ini munculnya buzzer atau relawan. “Pengaruh yang dimiliki buzzer atau relawan ini sangat dahsyat sekali karena memiliki daya dongkrak yang negatif luar biasa,” katanya.***

Editor: denkur

 

Berita Terkait

Berkontribusi Besar Pada Pendapatan Negara, Mamin, dan Obat Obatan Perlu Perlindungan
Berkunjung ke PT DI, Menhan Sjafrie : Penggunaan SDM Muda Harus Memiliki Pemikiran Cemerlang
Pengunaan AI Harus Prioritaskan Keselamatan Pasien
Khutbah Jumat: Muharram dan Memuliakan Anak Yatim
Presiden Prabowo Dorong Percepatan Pembangunan Perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Pidato Munggaran Dedi Mulyadi: “Urusan Pemerintahan jangan Dicampuri Kelompok Luar”
Kapolri dan Menteri P2MI Bersinergi Lindungi Pekerja Migran Indonesia
Sertijab Pejabat Korpolairud Baharkam Polri, Ini Daftar Namanya
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 10 Januari 2025 - 13:32 WIB

Berkontribusi Besar Pada Pendapatan Negara, Mamin, dan Obat Obatan Perlu Perlindungan

Jumat, 10 Januari 2025 - 12:58 WIB

Berkunjung ke PT DI, Menhan Sjafrie : Penggunaan SDM Muda Harus Memiliki Pemikiran Cemerlang

Jumat, 10 Januari 2025 - 10:59 WIB

Pengunaan AI Harus Prioritaskan Keselamatan Pasien

Jumat, 10 Januari 2025 - 10:50 WIB

Khutbah Jumat: Muharram dan Memuliakan Anak Yatim

Jumat, 10 Januari 2025 - 10:32 WIB

Pidato Munggaran Dedi Mulyadi: “Urusan Pemerintahan jangan Dicampuri Kelompok Luar”

Berita Terbaru

Ilustrasi (Foto: Kemenkes)

HEADLINE

Pengunaan AI Harus Prioritaskan Keselamatan Pasien

Jumat, 10 Jan 2025 - 10:59 WIB

Ilustrasi (Foto: MUIDigital)

HEADLINE

Khutbah Jumat: Muharram dan Memuliakan Anak Yatim

Jumat, 10 Jan 2025 - 10:50 WIB