Ada dua peristiwa politik nasional yang sangat menonjol pada 2020, yakni pemilihan kepala daerah serentak ditengah pandemi Covid-19, dan reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo terhadap sejumlah menteri.
DARA | BANDUNG – Direktur Eksekutif Indonesian Politic Research & Consulting, Firman Manan mengatakan, penyelenggaraan pilkada serentak tahun ini patut mendapat apresiasi. Pasalnya, fakta di lapangan menunjukkan partisipasi publik saat masa pandemi justru mengalami peningkatan.
”Hal yang perlu diapresiasi adalah pemilih, karena tidak seperti yang dibayangkan. Semula beberapa kalangan berpendapat tingkat partisipasi akan rendah, bahkan ekstrim begitu penurunannya. Kenyataannya kita lihat tingkat partisipasi meningkat dari Pilkada Serentak 2015,” ujar Firman, usai diskusi Refleksi 2020 dan Outlook 2021, di Second House, Kota Bandung, Rabu (30/12/2020).
Firman menuturkan, penyelenggaraan Pilkada di 2020 berjalan sukses. Hal itu, harus dipertahankan pada penyelenggaraan pesta demokrasi mendatang, sehingga antusias publik dalam partisipasi pemilu dapat terjaga dengan baik.
“Kalau 2020 refleksinya kan tadi, kalau lokal saya pikir kita apresiasi bahwa ditengah-tengah pandemi berhasil menyelenggarakan pilkada, yang sampai saat ini dapat dibilang protokol kesehatannya tetap terjaga, dan hingga hari ini tidak ada konflik. Saya melihat kesadaran politik dari publik meningkat, dan ini yang harus dijaga kedepannya,” imbuhnya.
Firman menuturkan, reshuffle yang dilakukan presiden terhadap sejumlah menteri juga menjadi perhatian publik dalam hal politik. Menurutnya, reshufle yang dilakukan telah ditunggu oleh publik. Terlebih, masyarakat melihat kinerja sejumlah menteri belum optimal, utamanya di masa pandemi sekarang ini.
“Reshuffle ini juga ditunggu-tunggu, karena sudah agak lama, tidak hanya publik bahkan presiden sendiri sudah beberapa kali memberikan sinyal akan melakukan reshuffle, sehingga ini agenda yang juga menyorot publik,” ujarnya.
Firman mengungkapkan, pergantian beberapa menteri oleh Jokowi sangat tepat untuk tetap menjaga kepercayaan publik terhadap pemerintah. Dia berpandangan sosok yang dipilih Jokowi untuk mengisi kursi menteri, seperti Tri Rismaharini dan Sandiaga Uno, merupakan langkah dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat ditengah kondisi sekarang ini.
“Reshufle saya kira penting dalam dua hal. Pertama penanganan krisis, kan memang ada kelemahan pemerintah dalam penanganan krisis sebelum reshuffle. Salah satunya di Kementerian Kesehatan, yang seharusnya menjadi leading sector, tapi kalau kita lihat malah absen. Kedua, krisis kepercayaan, karena ada dua kementerian yang melakukan tindak pidana korupsi, tentu itu akan menurunkan kepercayaan publik, sehingga reshuffle itu penting untuk mengembalikan kepercayaan publik,” ujarnya.***
Editor: denkur