DARA | BALANGAN, Kalsel – Sebnayak 14 KK transmigran asal Jawa Barat yang menempati lokasi UPT Lajar Pupuyuan, Desa Matang Hanau Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, mengadu kepada Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Sumedang. Sudah sepuluh tahun kehidupan mereka semakin sulit.
Informasi dari Disnakertrans Provinsi Jawa Barat, 41 jiwa transmigran tersebut adalah warga Kabupaten Sumedang yang terdampak pembangunan Proyek Bendungan Jatigede. Hingga kini lahan pekarangan dan lahan usaha mereka di lokasi transmigrasi mereka terendam air sepanjang tahun.
“Sehingga warga tidak bisa lagi untuk bercocok tanam,” sebut Instagram disnakertransjabar, Senin (20/5/2010) malam.
Mereka mengadu, agar Pemprov Jawa Barat dapat mencari solusi atas kesulitan yang tengah mereka hadapi selama sepuluh tahun itu. Menindaklajuti pengaduan tersebut, Kadisnakertrans Provinsi Jawa Barat, Mochammad Ade Afriandi, yang tengah berada di lokasi transmigrasi itu, menyebutkan, Pemprov Jawa Barat bersama Pemprov Kalimantan Selatan dan Pemkab tengah berupaya mencari jalan keluarnya.
Upaya tersebut antara lain pembiaya normalisasi kawasan trans yang terendam banjir akan diupayakan melalui pembiayaan APBN, melalui proses Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT). Normalisasi kawasan bisa melalui tanggul keliling atau normalisasi sungai yang ada.
“Melalui program Smart Trans diharapkan kemampuan/skill transmigran asal Jabar dapat meningkat sehingga taraf hidupnya pun dapat berubah,” sebut instagram disnakertransjabar.
Adapun upaya yang sudah dilakukan Pemkab Balangan , pada 2017 kawasan sudah dialiri listrik, 2018 semua hak atas hak tanah warga trans sudah dipenuhi melalui Prona, dan pada tahun yang sama air bersih sudah dialirkan.
Kadisnakertrans Provinsi Jawa Barat memberikan masukan, agar di kawasan transmigrasi yang terendam banjir, tidak hanya upaya pengeringan area, melainkan juga harus ada solusi agar warga transmigrasi bisa memanfaatkan kondisi alam secara optimal. “Misalnya melalui upskilling warga trans dengan pelatihan budidaya hidroponik.”***
Editor: Ayi Kusmawan