DARA | BANDUNG – Kabupaten Bandung Barat (KBB) cukup potensial dengan penghasil biji kopi terbaik. Bahkan diantaranya, biji kopi dari KBB sudah mendunia.
Kopi asal KBB, yang cukup kesohor salah satunya berasal dari pegunungan Gununghalu. Kopi tersebut, pernah tampil di World of Coffee 2019 di Jerman.
Potensi inilah bisa menjadi salah satu peluang, untuk pengembangan usaha di sektor lainnya. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB, misalnya membidik peluang itu untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Salah satu yang dibidik Disparbud, dari potensi kopi adalah dari sisi usaha ekonomi kreatif (ekraf) dengan mencetak penyaji kopi profesional atau Barista. Kepala Bidang Pengembangan Ekraf Disparbud KBB, Hanny Nurismandiah menyatakan, belum lama ini pihaknya memberikan pelatihan barista pada 15 orang warga KBB.
Pelatihan tersebut, diberikan tingkat dasar bagi mereka yang sama sekali belum terjun di bidang ini. Bagi mereka yang sebelumnya sudah mengenalnya, memperoleh pengetahuan lebih mendalam lagi.
“Kita punya kewajiban meningkatkan potensi mereka, untuk menjadi pelaku ekonomi kreatif,” ujar Hanny di Ngamprah, Kamis (26/5/2021).
Ia memandang, Barista merupakan profesi cukup menjanjikan. Terlebih di KBB, yang saat ini Pemda tengah fokus terhadap pengembangan kepariwisataan.
Bermunculannya pengembangan tempat-tempat wisata di KBB, sebenarnya menjadi peluang bagi Barista untuk membuka usaha dengan mendirikan kedai-kedai kopi atau sejenisnya. Paling tidak, mereka bisa menerapkan pengetahuan itu untuk bekerja di resto-resto besar.
Bukan sekedar dibekali pengetahuan saja, Disparbud juga memikirkan tindak lanjut dari program pelatihan itu. Ke depan, mereka bakal mengikuti program sertifikasi. “Ini bentuk legalitas mereka sebagai seorang profesional. Ya, bakal bermanfaat sekali bagi mereka kalau sudah mengantongi sertifikat itu,” imbuhnya.
Hanny berangan-angan, KBB bisa mencontoh Bali atau Jogyakarta untuk Barista ini. Mereka menyajikan kopi secara profesional, bukan hanya di kedai atau cafe. Melainkan disajikan dengan secara sederhana dengan menggunakan kendaraan sepeda motor keliling.
Harganya cukup terjangkau, namun masyarakat bisa menikmatinya dengan seksama. “Saya sih berharap, di KBB juga ada pelaku ekraf yang begitu,” ucap Hanny.
Barista, hanya salah satu ekraf yang mendapat perhatian Pemda untuk prosfek menarik ke depannya. Profesi ekraf lainnya, masih banyak terdapat di KBB.
Catatan sementara, sebelum divalidasi jumlah pelaku ekraf di KBB mencapai 9.000 orang. Semuanya terbagi dari 16 sub sektor ekraf, yang antara lain terdiri dari seni pertunjukan, musik, film dan video, kuliner, desain interior, fashion, arsitek, fotografer, penerbitan radio dan televisi, dan lain-lain.
Paling banyak, pelaku ekraf di KBB tercatat di Disparbud yang bergerak di sub sektor seni pertunjukan 178, musik 91, film video dan animasi 66 dan kuliner 62. Mereka yang bergerak di sektor ekraf tersebut, cukup kreatif dan inovatif. Bahkan salah satu ekraf Cililin Chanel, diakui Hanny potensinya luar biasa. Cililin Chanel yang digawangi kaum milenial ini cukup membanggakan.
Garapan Bidang Ekraf ke depannya memberikan pelatihan-pelatihan atau pendampingan, supaya keberadaan pelaku ekraf ini kian berkembang.
“Bidang kita kan baru seumur jagung di dinas ini. Sebelumnya, pengembangan dari Bidang Promosi. Mudah-mudahan saja di bidang baru ini, ekraf Bandung Barat makin berkembang dan lebih maju,” tutur Hanny. (Adv/Heni)
Editor : Maji