“Saat ini kami telah mengidentifikasi 50 hidden paradise untuk potensi wisata alam di Kabupatem Garut, Bandung, Bandung Barat, Cianjur, Pangandaran, Tasikmalaya, Sukabumi, Purwakarta, Subang, dan Bogor,” kata dia.
DARA| BANDUNG – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat mengidentifikasi 50 wisata alam sebagai bagian dari pengembangan tempat wisata baru. Meski begitu, rencana tersebut tidak serta merta membuat buyar fokus pengendalian dan upaya menekan penyebaran Covid-19.
Kepala Disparbud Jabar, Dedi Taufik mengatakan pengembangan destinasi baru salah satu strategi dan persiapan mengembalikan potensi ekonomi yang sempat menurun saat pandemi Covid-19. Fokusnya adalah destinasi wisata alam.
Dedi menyebut dalam keadaan normal, berdasarkan data BPS Jabar tahun 2019, pariwisata menyumbang Rp 3,3 triliun atau sebesar 16 persen dari keseluruhan realisasi PAD provinsi yang sebesar Rp 19,8 triliun.
Sedangkan dalam angka yang diperoleh dari kabupaten/kota di Jawa Barat, diperoleh jumlah pendapatan sektor pariwisata selama triwulan pertama atau Januari sampai Maret 2021 sebesar Rp 819 miliar. Jumlah tersebut diperoleh dari pajak hotel, restoran dan rumah makan, tempat hiburan, dan retribusi.
“Saat ini kami telah mengidentifikasi 50 hidden paradise untuk potensi wisata alam di Kabupatem Garut, Bandung, Bandung Barat, Cianjur, Pangandaran, Tasikmalaya, Sukabumi, Purwakarta, Subang, dan Bogor,” kata dia.
Ia optimistis dengan kekayaan alam yang ada di Jawa Barat, bukan tidak mungkin industri pariwisata dapat bangkit kembali setelah mengalami keterpurukan. Potensi alam pun akan ditopang dengan kekayaan budaya dan sejarah, hingga kuliner serta belanja.
“Kita ingin mencoba di dalam pemulihan ini lebih ke alam ya karena lebih terjaga, terbuka, udara segar, cocok untuk masa pandemi. Selain destinasi alam tadi, kita industrinya adalah industri lokal ya, supaya dalam situasi seperti ini yang kita inginkan ekonomi kreatif kita jalan ya karena Jawa Barat ini ada keunggulan, di film, fashion, kuliner, dan kriya. Kita perkuat pemasarannya,” jelas dia.
Tetap Fokus Early Warning
Di sisi lain, Disparbud Jabar dan Satgas Covid-19 bersama kabupaten kota melakukan early warning untuk mencegah penyebaran Covid-19 di tempat wisata. Penegakan protokol kesehatan hingga pengetesan rapid antigen terus dipantau di 108 titik destinasi wisata yang tersebar di 27 kabupaten kota.
Rapid test antigen yang sudah disiapkan ada sebanyak 37 ribu alat. Dari jumlah itu sudah digunakan sebanyak 3.757 alat. Hasilnya, ada satu orang yang dinyatakan positif Covid-19 di Tirtamaya; satu orang di waterboom, Kota Cirebon; dua orang di Situ Lengkong Panjalu. Mereka sudah menjalani isolasi mandiri.
“Kemudian juga kita lakukan edukasi terutama terhadap pelaku industri pariwisata. Ya kuncinya di masa pandemi Covid-19, pariwisata ini tergantung dengan tingkat disiplin. Yaitu disiplin masyarakatnya, disiplin pelaku industri pariwisatanya, dan para pengunjungnya,” kata dia.
“Kalau kita lihat dari kunjungan wisatawan di masa periode Januari sampai dengan April itu memang trennya baik untuk kunjungan lokal, di atas 50 persen. Tapi di bulan Mei ini rata-rata 24 persen,” Dedi melanjutkan.
Ia berharap tahun 2022 ada kemajuan dalam penanganan pandemi hingga ada penormalan aktivitas di beberapa sektor, khususnya industri pariwisata. Sejauh ini, Dedi memastikan pengendalian pencegahan penyebaran Covid-19 di tempat wisata relatif lebih terukur karena bisa dilakukan berbagai pembatasan.
Editor : Maji