DARA | JAKARTA – Fosil gading Stegodon berusia 1,5 juta tahun ditemukan Tim Laboratorium Paleontologi Institut Teknologi Bandung (ITB). Fosil itu konon hidup di zaman Plestosen di daerah Majalengka, Jawa Barat.
Ketua Tim, Jahdi Zaim menuturkan, fosil ini memiliki panjang lurus 3,3 meter dan panjang lengkung 3,6 meter. Ditemukan di dekat sungai, sehingga tidak mudah mengangkatnya karena cuaca buruk dan saat itu banjir bandang. Celakanya lagi di situ ada buaya dan tumbuhan purba.
Stegodon ini berjenis kelamin jantan dengan tinggi tubuh lebih dari tiga meter. Termasuk gading Stegodon dewasa yang sudah sangat tua berdasarkan ujung gading yang sudah aus atau berbentuk pipih.
Diperkirakan Stegodon ini mati karena terperosok ke sungai karena ditemukan di sedimen yang berupa lempung. “Spesies ini kemungkinan trigonocephalus yang ada di Jawa, kemungkinan saat pulau Jawa ini baru menjadi daratan, dari makanan juga lebih banyak daun dan rumput-rumputan,” ujar Mika Puspaningrum.
Keberadaan fosil ini, dilansir dari CNN, awalnya berasal dari laporan warga lokal di sekitar tepi sungai tempat ditemukannya fosil seperti gading. Nur menjelaskan proses ekskavasi fosil tidak mudah karena berada pada batuan pejal dan keras sehingga memerlukan ketekunan dan ketelitian.
Belum lagi penggalian fosil diperparah dengan cuaca yang sedang turun hujan dan terjadi banjir bandang. Fosil kemudian terendam air dan kondisi fosil menjad lebih rapuh.
“Adapun pengambilan sangat sulit karena pada saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, hujan deras, di sini pun (fosil) banyak yang tidak bisa keangkat secara utuh,” kata Nur.
Ia juga mengatakan jarak dari lokasi penggalian ke jalan raya sangat jauh, sehingga fosil tidak dapat diangkat mengunakan alat besar dan berat. Untuk itu, Nur mengatakan tim tidak bisa mengangkat gading mengingat kondisinya yang rapuh. Ia menjelaskan tim harus mencetak gipsum sesuai dengan bentuk gading agar gading bisa diangkat secara utuh.
“Sebelum diangkat, gading ini dicetak terlebih dahulu memakai gipsum, ditempel pakai serat-serat kain halus agar terdapat cetakan. Cetakan tersebut akan sangat berfungsi apabila gading ini tidak didapat secara utuh,” kata Nur.
Tim dari ITB itu terdiri dari dosen-dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB yaitu Yan Rizal, Aswa, Mika Puspaningrum, Wahyu Santoso, Nur Rochim, dan Hascsryo dan Jahdi Zaim sebagai Ketua Tim.***
Editor: denkur