Yayasan Rumah Pulih Jiwa di Desa Cibiuk, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menggelar aksi damai untuk mengkampanyekan penghapusan stigma negatif terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
DARA | CIANJUR – Aksi damai yang digelar di Bunderan Tugu Lampu Gentur, Jalan Dr Muwardi (Bypass) Cianjur itu, sekaligus memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia yang diperingati setiap 10 Oktober.
Yayasan sosial yang kini menampung sebanyak 25 ODGJ itu tetap fokus meskipun dengan segala keterbatasan dalam.
Pembina Yayasan Rumah Pulih Jiwa, Aliet Sojariyah, mengaku selama ini upaya penanganan pemulihan ODGJ dilakukan secara mandiri. Artinya, Yayasan Rumah Pulih Jiwa tidak mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.
“Alhamdulillah, kami swadaya menangani ODGJ yang ditampung di Yayasan Rumah Pulih Jiwa. Selama ini tidak ada bantuan ataupun perhatian dari pemerintah,” kata Aliet, kepada wartawan, Sabtu (10/10/2020).
Meskipun tidak ada bentuk perhatian ataupun bantuan, kata Aliet, tak menyurutkan upaya Yayasan Rumah Pulih Jiwa membantu menangani pemulihan para ODGJ. Sebab, ODGJ merupakan masyarakat yang bisa disembuhkan, tetapi mendapatkan stigma negatif di kalangan masyarakat.
“Pada intinya, kami ingin menyampaikan pesan bahwa di lingkungan kita ada yang mengalami disabilitas kejiwaan,” ungkapnya.
Aliet menyebutkan berbagai stigma negatif terhadap para ODGJ akan semakin tambah tertekan. Misalnya dengan melakukan perundungan (bullying) atau bahkan melakukan pemasungan.
“Mereka bukan orang gila, tapi mengalami gangguan kejiwaan yang insya Allah bisa disembuhkan,” jelasnya.
Penanganan pemulihan bagi ODGJ, tutur Aliet, bisa dibilang relatif gampang-gampang susah. Mereka cukup mudah diarahkan dan dibina tapi dengan catatan harus terus didampingi.
“Misalnya salat, ngaji, mereka itu bisa. Saat diberikan tausiyah, mereka juga begitu menghayati,” tutur Aliet.
Yayasan Rumah Pulih Jiwa menangani pemulihan para ODGJ secara rohani dan jasmani. Di tempat itu terdapat psikiater yang setiap saat memberikan metode pemulihan kejiwaan.
“Cuma dari obat-obatan yang kadang kita cukup sulit,” ungkapnya.
Aliet berharap ada perhatian dan bantuan dari pemerintah terhadap kondisi para ODGJ. Bantuan bisa berupa obat-obatan maupun bantuan dalam bentuk lain.
“Peran serta pemerintah masih minim, bahkan nyaris tidak ada. Untungnya kita punya relawan-relawan dari kalangan milenial yang membantu,” ujarnya.
Dari 25 orang ODGJ yang sekarang ditampung di Yayasan Rumah Pulih Jiwa, sebanyak 21 orang merupakan perempuan dan 4 orang laki-laki.
“Sekarang rumah untuk tempat penampungan ODGJ berada di Kecamatan Ciranjang. Statusnya juga masih ngontrak. Kita memang cukup kesulitan mencari tempat karena tak sedikit warga yang kadang menolak,” pungkasnya.***
Editor: denkur