Usia lanjut tak menghentikan Etis Surtisah (62) untuk menjalankan usaha. Dari tangannya, limbah bisa diolah menjadi berbagai macam produk daur ulang. Namun sayangnya pandemi Covid-19 membuat usaha daur ulang tersebut kehilangan pasar hingga kekurangan modal.
DARA – Etis mengatakan sudah melakoni bisnis daur ulang sejak tahun 2014. Berawal dari hobi membuat baby set dan pakaian boneka dengan cara merajut benang, kemudian membuat produk daur ulang lainnya dengan berbagai macam bahan, seperti kantong plastik, bungkus makanan ringan dan koran.
“Tadinya dari benang, akhirnya lari ke kresek untuk dirajut, setelah itu saya juga bikin dari bungkus kopi, koran, sedotan. Bahannya dari tetangga, daripada dibakar diberikan ke saya, dapat dari teman-tekan juga,” ujar Etis melalui sambungan telepon, Senin (27/9/2021).
Etis yang sudah menginjak usia 62 tahun itu bisa membuat berbagai macam produk dengan bahan yang berasal dari limbah tersebut, seperti payung, dompet koin, gantungan kunci hingga tas. Harganya Rp5.000 sampai Rp7.500 per pieces dan harga tas mulai dari Rp100 ribu sampai Rp600 ribu.
Selama hampir tujuh tahun menjalankan bisnis, kata Etis, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa. Selain mengalami kekurangan modal, Etis juga mengaku kesulitan dalam memasarkan produknya. Hingga pada akhirnya, Etis terpaksa memberhentikan tiga orang karyawannya karena tidak sanggup membayar gaji. Bahkan sekarang produknya dikembalikan oleh Dewan Kerajinan Jabar dengan alasan sedang dilakukan proses renovasi.
“Tapi sekarang enggak begitu laku terus enggak ada pemasarannya, jadi ya numpuk aja di gudang, malahan saya ada rencana buat kursi dari botol tapi terbentur modal,” tutur Etis.
Sebelum pandemi Covid-19, Etis biasanya mendapatkan pesanan dari Jakarta dan pesanan membuat souvenir untuk acara pernikahan. Katanya, dalam kondisi normal omset per bulan bisa mencapai Rp2 juta sampai Rp5 juta. Namun saat ini, Etis hanya bisa menjual satu hingga dua buah gantungan kunci.
“Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, saya belum pernah dapat bantuan dari pemerintah,” jelasnya.
Kata Etis, meski hidup sendiri dan saat ini sedang ada pandemi Covid-19 namun hidup harus terus berjalan. Sehingga, karena saat ini bisnis daur ulangnya sedang terkendala maka Etis juga membuat peyek dan konektor masker.
“Saya bikin strap masker itu dari benang dan saya jualan peyek untuk bertahan hidup yang dijual lewat online, semoga kerajinan daur ulang saya bisa berkembang lagi seperti dulu dan tidak dipandang sebelah mata,” ujarnya.***
Editor: denkur