Diterjang Covid, Usaha Daur Ulang Etis Kelimpungan

Senin, 27 September 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Verawati/dara.co.id

Foto: Verawati/dara.co.id

Usia lanjut tak menghentikan Etis Surtisah (62) untuk menjalankan usaha. Dari tangannya, limbah bisa diolah menjadi berbagai macam produk daur ulang. Namun sayangnya pandemi Covid-19 membuat usaha daur ulang tersebut kehilangan pasar hingga kekurangan modal.


DARA – Etis mengatakan sudah melakoni bisnis daur ulang sejak tahun 2014. Berawal dari hobi membuat baby set dan pakaian boneka dengan cara merajut benang, kemudian membuat produk daur ulang lainnya dengan berbagai macam bahan, seperti kantong plastik, bungkus makanan ringan dan koran.

“Tadinya dari benang, akhirnya lari ke kresek untuk dirajut, setelah itu saya juga bikin dari bungkus kopi, koran, sedotan. Bahannya dari tetangga, daripada dibakar diberikan ke saya, dapat dari teman-tekan juga,” ujar Etis melalui sambungan telepon, Senin (27/9/2021).

Etis yang sudah menginjak usia 62 tahun itu bisa membuat berbagai macam produk dengan bahan yang berasal dari limbah tersebut, seperti payung, dompet koin, gantungan kunci hingga tas. Harganya Rp5.000 sampai Rp7.500 per pieces dan harga tas mulai dari Rp100 ribu sampai Rp600 ribu.

Selama hampir tujuh tahun menjalankan bisnis, kata Etis, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa. Selain mengalami kekurangan modal, Etis juga mengaku kesulitan dalam memasarkan produknya. Hingga pada akhirnya, Etis terpaksa memberhentikan tiga orang karyawannya karena tidak sanggup membayar gaji. Bahkan sekarang produknya dikembalikan oleh Dewan Kerajinan Jabar dengan alasan sedang dilakukan proses renovasi.

“Tapi sekarang enggak begitu laku terus enggak ada pemasarannya, jadi ya numpuk aja di gudang, malahan saya ada rencana buat kursi dari botol tapi terbentur modal,” tutur Etis.

Sebelum pandemi Covid-19, Etis biasanya mendapatkan pesanan dari Jakarta dan pesanan membuat souvenir untuk acara pernikahan. Katanya, dalam kondisi normal omset per bulan bisa mencapai Rp2 juta sampai Rp5 juta. Namun saat ini, Etis hanya bisa menjual satu hingga dua buah gantungan kunci.

“Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, saya belum pernah dapat bantuan dari pemerintah,” jelasnya.

Kata Etis, meski hidup sendiri dan saat ini sedang ada pandemi Covid-19 namun hidup harus terus berjalan. Sehingga, karena saat ini bisnis daur ulangnya sedang terkendala maka Etis juga membuat peyek dan konektor masker.

“Saya bikin strap masker itu dari benang dan saya jualan peyek untuk bertahan hidup yang dijual lewat online, semoga kerajinan daur ulang saya bisa berkembang lagi seperti dulu dan tidak dipandang sebelah mata,” ujarnya.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Kenapa Orangtua Indonesia Lebih Takut Anak Tak Sopan?, Simak Nih Hasil Survei Jakpat
Disperkim Kabupaten Sukabumi Siap Berkolaborasi Sukseskan Revalidasi Ciletuh Palabuhanratu
Arus Mudik dan Balik Lebaran 2025 di Jawa Barat Kondusif
Bupati Bandung Barat Belum Bersuara Terkait Putusan PTUN Atas Gugatan Rini Sartika
Halal Bihalal Pertama Pemprov Jabar, Begini Pesan Gubernur Dedi Mulyadi
Coach Nova Arianto Menjawab Mereka Yang Meragukan Kepelatihannya
Cetak Sejarah, Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia U17 di Qatar
156 Barang Tertinggal di LRT Jabodebek, Penumpang Bisa Laporan ke Contak Center Ini
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 9 April 2025 - 15:35 WIB

Kenapa Orangtua Indonesia Lebih Takut Anak Tak Sopan?, Simak Nih Hasil Survei Jakpat

Rabu, 9 April 2025 - 15:09 WIB

Disperkim Kabupaten Sukabumi Siap Berkolaborasi Sukseskan Revalidasi Ciletuh Palabuhanratu

Rabu, 9 April 2025 - 11:29 WIB

Arus Mudik dan Balik Lebaran 2025 di Jawa Barat Kondusif

Selasa, 8 April 2025 - 19:54 WIB

Halal Bihalal Pertama Pemprov Jabar, Begini Pesan Gubernur Dedi Mulyadi

Selasa, 8 April 2025 - 13:41 WIB

Coach Nova Arianto Menjawab Mereka Yang Meragukan Kepelatihannya

Berita Terbaru

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman memonitor kondisi lalu lintas di sejumlah titik berpotensi macet lewat konferensi video bersama petugas Dinas Perhubungan Jabar yang tersebar di lapangan. (Foto: biro adpim jabar)

HEADLINE

Arus Mudik dan Balik Lebaran 2025 di Jawa Barat Kondusif

Rabu, 9 Apr 2025 - 11:29 WIB