Apa jadinya jika partai koalisi menguasai gedung dewan dan oposisi hanya menjadi partai minoritas yang tak bisa berbuat apa-apa??
DARA | JAKARTA – Gedung DPR Periode 2019-2024 ini, memang dihuni sebagian besar partai koalisi pemerintahan, yaitu PDIP, Golkar, NasDem, PKB, dan PPP, memiliki 349 kursi atau 60 persen kursi DPR. Sedangkan gabungan kursi 4 partai lainnya hanya berjumlah 226 kursi atau 40 persen kursi DPR.
Dari empat partai itu, diprediksi dua partai akan bergabung ke koalisi, yaitu Demokrat dan Gerindra, sehingga partai oposisi semakain lemah karena hanya dihuni PKS dan PAN. Itupun kalau tidak berubah.
Dominasi koalisi pro-Jokowi bisa kian kuat jika Gerindra dan Demokrat benar-benar mendeklarasikan dukungan ke Jokowi dan masuk barisan koalisi. Jumlah kursi pro-Jokowi akan menjadi 481 kursi atau 84 persen kursi DPR. Sedangkan jumlah kursi tersisa yang dimiliki PKS dan PAN hanya 94 kursi atau 16 persen kursi DPR.
Kekhawatiran muncul dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), DPR akan jadi lembaga pemberi stempel terhadap kemauan presiden.
“Bagaimana mungkin DPR bisa kuat kalau sudah memposisikan diri hampir semuanya menjadi pendukung koalisi pemerintah,” ujar Direktur Eksekutif Formappi Made Leo Wiratma dalam diskusi “Wajah Baru DPR: Antara Perppu dan Amandemen GBHN”, di Kantor Formappi. Jl. Matraman Raya, Jakarta Timur, Senin (14/10/2019), seperti dilansir detikcom.
Kalau sudah demikian, kata Made Leo, daya kritis DPR akan berkurang. Bahkan, dikhawatirkan akan kembali ke zaman orde baru, dimana DPR hanya jadi lembaga stempel yang memberi cap apa yang dimaui oleh presiden,” ujar Made.
Celakanya lagi, jika Partai Gerindra bergabung dalam pemerintah koaliisi makin kuat. Bahkan mungkin saja akhitnya tidak ada oposisi.
“Kalau Gerindra mau masuk ke pemerintahan itu merupakan kerugian besar buat Gerindra, karena mereka sudah berjuang menjadi rivalitas kalau akan menjadi oposisi. Ini besar juga sekali harapan rakyat menjadi penyuara rakyat agar pemerintah tidak semena-mena,” ujar Made Leo.***
Editor: denkur