Gempa dan tsunami adalah kejadian alam yang harus disikapi dengan rasionalitas dan budaya siaga. Ini bukan hukuman apalagi kutukan.
DARA | BANDA ACEH – Kepala BNPB, Doni Monardo, mengatakan bencana alam bukan hukuman tuhan melainkan kejadian alam yang berulang.
“Keyakinan saya ini datang dari apa yang terekam di Gua Eek Lunttie Aceh Besar,” ujar Doni di sela-sela kunjungannya ke Provinsi Aceh untuk menghadiri peringatan 15 tahun tsunami Aceh, di Sigli, kemarin.
Gua Eek Lunttie merekam paling tidak 14 gempa dan tsunami sebesar 2004 dan sudah terjadi 7500 tahun silam. Donni juga menyebutkan, peletakan batu pertama pembangunan Geoprak Gua Eek Lunttie di Aceh Besar dibuat acara khusus, sebagai upaya memberitahukan kepada dunia bahwa kejadian gempa dan tsunami Aceh adalah berulang.
”Dari sana kita bangun kesiapsiagaan supaya tidak jatuh korban.” Katanya.
Menurut dia, Gua Eek Lunttie adalah rekaman terbaik Attachment terhadap kejadian gempa dan tsunami Aceh yang berulang dan dijadikan sebagai iktibar bahwa gempa dan tsunami adalah kejadian alam yang harus disikapi dengan rasionalitas dan budaya siaga, “Ini bukan hukuman apalagi kutukan. Tapi bencana alam yang perlu disikapi dengan sikap siaga untuk tidak jatuh korban. Kita harus jaga alam dan alam akan jaga kita.”
Hasil kunjungannya di berbagai belahan Indonesia, bahwa bencana itu banyak berulang, bahkan ada di satu tempat yang sama. Yang paling penting, lanjut dia, adalah masyarakat diberitahu dan adanya kesungguhan pemerintah dan semua untuk memberitahu kepada masyarakat supaya siaga.
Pihaknya akan memasyarakatkan Keluarga Tangguh Bencana (katana) hingga ke desa, Katana yang diluncurkan di Aceh, juga salah satu strategi melakukan kesiapsiagaan bencana.
Ia saat tsunami Aceh berada di Lhokseumawe dan hari kedua sudah berada di Banda Aceh dan ketiga di Meulaboh. “Dari sana saya berkeyakinan kalau orang Aceh saat itu punya pengetahuan seperti orang Simeuleu, maka tidak akan banyak korban.”
Sementara itu, Asisten II Setda Provonsi Aceh, Teuku Dadek, yang juga penulis buku Gempa Pijay, menyerahkan buku tersebut kepada Donni. “Kami menyerahkan buku hasil karya kami kepada Jenderal Donny Munardo Ka BNPB, sebab dalam proses rehan rekon di Pidie Jaya, Pidie dan Bireun BNPB yang mendominasi pembiayaan.”
Ia berharap, buku itu menjadi sebuah catatan penting bagi BNPB dalam pengalamannya untuk menangani daerah lainnya. Sementara Donni menyatakan, ia terus berusaha melunasi kegiatan untuk Pidie Jaya yang pada tahun ini akan mengucurkan dana Rp63 miliar lebih untuk kegiatan gempa tahun 2016 yang lalu.
Buku Rehabilitasi dan Rekonstruksi Gempa Pijay Pidie Jaya, Pidie, dan Bireuen ditulis Teuku Dadek bersama Hermansyah dan Yarmen Dinamika dengan Editor Asnawi Kumar. Buku ini melibatkan banyak pengumpul data di antaranya Said Ashim, SE, Teuku Alkausar, Saiful Maswar Deddi Midwar, Ihwan Julmi, Chaufan Irfan Putra, SE, Cut Dhiya Amalina, dan Sarah.***
Editor: Ayi Kusmawan