Pandemi Covid -19, belajar mengajar terpaksa dipindahkan dari sekolah ke rumah, termasuk yang dialami para siswa berkebutuhan khusus.
DARA | BANDUNG – Penggagas, pengelola sekaligus pengajar Sekolah Dreamable, Yulianti mengatakan, meski di tengah pandemi Covid 19, kegiatan belajar mengajar untuk anak berkebutuhan khusus tetap berjalan melalui kelas luring atau guru kunjung.
“Kami mengunjungi (murid) satu minggu satu kali, satu anak, bergiliran. Kami menyediakan juga modul-modul untuk pembelajarannya, media-media untuk pembelajarannya juga,” ujar Yuliati saat ditemui usai memberikan pembelajaran kepada salah seorang muridnya di Desa Bojongsoang Kecamatan Bojongsoang, Kamis (19/11/2020).
Sebelum adanya pandemi Covid-19, kegiatan belajar biasanya dilakukan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Hidayah yang berlokasi di Desa Bojongsari. Kini, sudah ada 53 anak berkebutuhan khusus yang bergabung dengan Sekolah Dreamable.
Yulianti mengungkapkan, saat ini Sekolah Dreamable hanya baru mencangkup wilayah Kecamatan Bojongsoang. Tapi berharap kedepan bisa mencangkup wilayah Kabupaten Bandung.
“Anaknya di assesment dulu, kebutuhannya apa, kemampuan anaknya seperti apa, itu diteliti dan dikembangkan,” ujar Yulianti.
Selain Dreamable, Yulianti juga mengelola Dream Work yang berlokasi di Desa Lengkong, yaitu pengembangan dari Dreamable berupa rumah terapi dan laundry.
Jadi, anak-anak berkebutuhan khusus pasca sekolah diberikan pelatihan untuk bisa mencari kerja.
Dream Work itu dibuka 4 September lalu.
“Mengajarkan anak-anak (berkebutuhan khusus) yang pasca sekolah, untuk bisa mengembangkan, bisa mencari kerja. Jadi kita menyediakan lahan kerja bagi mereka,” tutur Yulianti.
Yulianti mengungkapkan sudah ada enam anak lulusan Dream Work yang sudah bekerja di rumah laundry. Baik Dreamable maupun Dream Work, tidak ada biaya sepeser pun yang dipungut. Jadi, siswa bisa mengikuti pembelajaran secara gratis.
“Sampai saat ini, kami tidak memungut bayaran. Rejekinya anak-anak, kami dipertemukan dengan Pertamina, difasilitasi oleh Pertamina,” katanya.
Yulianti mengaku mendapatkan bantuan CSR dari Pertamina dan sudah berjalan selama tiga tahun.
Pertamina memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana, seperti alat pembelajaran semuanya sampai mobil jemputan.
“Harapannya bisa bersinergi dan bekerjasama. Keluarganya kebanyakan dari menengah ke bawah. Kepada pemerintah, kesejahteraan keluarganya, mohon dibantu,” ujarnya.***
Editor: denkur