DARA | BANDUNG – Dampak dari musim kemarau tahun ini ratusan kepala keluarga (KK) di RW 5 Kampung Sipatahunan, Kelurahan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kesulitan air bersih. Kondisi tersebut sudah dirasakan sejak dua bulan terakhir.
Selama musim kemarau ini, warga memanfaatkan air dari dua sumur timba yang berada di tepian Situ Sipatahunan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Jarak menuju Situ Sipatahunan cukup jauh dari pemukiman mereka.
Seorang warga RT 4/RW 5 Kampung Sipatahunan, Risma (25), mengaku, sumur bor di rumah kontrakan yang ia tempati sejak dua bulan terakhir mengering. Kalaupun ada hanya sedikit dan tak bisa memenuhi kebutuhan mandi cuci dan memasak.
Apalagi, di kontrakannya tak hanya ada dia dan keluarganya, melainkan ada beberapa KK lainnya. Diakuinya, setiap masuk musim kemarau, warga di kampung tersebut selalu kesulitan air bersih.
Satu satunya air bersih yang masih ada hanya di Situ Sipatahunan. “Walaupun kami harus berjalan kaki lumayan jauh, kami bersyukur masih ada air bersih untuk keperluan di rumah,” kata Risma yang sedang mengambil air di sumur tepi Situ Sipatahunan, Senin (2/9/2019).
Menurut Risma, di RW 5 Kampung Sipatahunan terdapat delapan RT. Sebagian besar warganya mengambil air dari dua sumur timba yang ada di tepi situ tersebut.
Meski tak begitu jernih, air dari kedua sumur itu cukup meringankan kesulitan air bersih yang mereka alami ejak sekitar dua bulan ini. “Lumayan untuk keperluan cuci piring dan cuci baju terbantu dengan air sumur ini. Tapi kalau untuk keperluan makan dan minum, biasanya kami beli air galon,” ujarnya.
Hal yang sama dikatakan warga lainnya, Elis (23). Akibat sumur bor di rumahnya pun mengering, terpaksa ia harus mendorong gerobak berisi jerigen dan beberapa ember dan berjalan kaki sekitar 200 meter dari rumahnya ke tepian Situ Sipatahunan. Bahkan, karena anaknya yang masih berusia sekitar dua tahun tak ada yang menunggu, terpaksa ia bawa berpanas-panasan menyusuri jalanan kampung yang gersang dan berdebu.
“Alhamdulilah masih ada air di dua sumur ini, walaupun tidak terlalu bersih, masih bisa dipergunakan untuk keperluan mencuci dan mandi. Kalaun untuk minum dan masak kami beli air galon,” kata Elis.
Sepengetahuan Elis, setiap kemarau tiba warga di kampung Sipatahunan selalu kesulitan air bersih. Sehingga, keberadaan dua sumur tua di tepi situ itu selalu menjadi andalan warga disana.
Setiap hari kedua sumur yang berada di bawah pepohonan rindang itu tak pernah sepi dari warga yang mengambil air. Meski harus harus menimba dan jalan kaki sambil mendorong gerobak, baginua tak masala asal air masih ada untuk keperluan sehari-hari.
“Dan seingat saya, setiap kemarau juga kami di sini tidak pernah mendapatkan bantuan air bersih dari pemerintah. Yah, begini saja mengandalkan air sumur di situ dan beli air galon,” katanya.***
Wartawan: Muhammad Zein | Editor: Ayi Kusmawan