DARA | JAKARTA – Dua orang meninggal dunia dan lebih dari 2.000 mengungsi di 14 titik pengungsian dalam peristiwa gempa bumi magnitudo 7,2, Minggu (14/7/2019). Dua korban meninggal teridentifikasi berasal dari Desa Gane Luar dan Desa Papaceda, sedangkan pengungsian terbanyak berada di Kecamatan Bacan Selatan, Kecamatan Halmahera Selatan, Maluku Utara .
“Jumlah penyintas di titik tersebut mencapai 1.000 orang. Sementara itu, para korban telah mendapatkan penanganan darurat dari pemerintah daerah dan institusi terkait lainnya,” kata Plh. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Dr Agus Wibowo, MSc, dalam siaran persnya, Senin (15/7/2019).
Ia menambahkan, Pemkab Halmahera Selatan menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari, terhitung 15 – 21 Juli 2019. Gempa juga berdampak pada kerusakan bangunan dan infrastruktur lain.
Kerusakan unit rumah di Desa Rangaranga, Kecamatan Gane Timur 20 unit, Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat 28 unit, dan Desa Dolik, Kecamatan Gane Barat Utara 6 unit. Ketiga desa ini berada di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
Kerusakan rumah di Desa Kluting Jaya, Kecamatan, Weda Selatan, Halmahera Tengah 5 unit. Sedangkan kerusakan 2 unit jembatan terjadi di Desa Saketa.
Hingga kini, lanjut dia, beberapa kendala dihadapi dalam penanganan darurat, antara laian akses jalan ke lokasi terdampak hanya melalui laut karena akses jalan darat masih belum terbangun. Rute yang dapat ditempuh yakni Ternate-Sofifi dengan menggunakan speed boat dan dilanjutkan perjalanan darat dari Sofifi menuju ke Saketa.
“Kemudian Ternate ke Labuha dengan pesawat atau kapal ferry. Labuha menuju ke Saketa membutuhkan waktu 5 jam dengan speed boat,” ujar dia, seraya menambahkan, laporan BPBD Halmahera Selatan menginformasikan masyarakat pesisir pantai masih mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi.
Ia menyebutkan, beberapa gempa susulan tercatat setelah gempa bermagnitudo 7,2 tersebut. “BMKG mencatat 65 kali gempa susulan dengan kedalaman rata-rata 10 km hingga 15 Juli 2019, pukul 07.00 WIB.”
Gempa yang terjadi pada pukul 16.10 WIB itu, menurut dia, dirasakan dengan lokasi berada pada 0.59 LS,128.06 BT (62 km Timur Laut Labuha-Maluku Utara) dengan kedalaman 10 Km. Goncangan kuat sebesar V MMI di daerah Obi, III MMI di Labuha, II-III MMI di Manado dan Ambon. Beitu juga di II MMI di wilayah Ternate, Namlea, Gorontalo, Raja Ampat, Sorong, dan Bolaang Mongondow.
Sementara itu, PVMBG melaporkan, pada Minggu (14/7/2019) gempa dirasakan dengan sekala II-III MMI di Pos Pengamatan G Gamalama dan II MMI di Pos Pengamatan G. Dukono. Gempa dirasakan kuat di Kota Ternate selama 2-4 detik.
“Masyarakat terlihat panik dan berhamburan keluar rumah. BPBD Halmahera melaporkan bahwa gempa dirasakan kuat di Kabupaten Halmahera Selatan selama 2-5 detik dan masyarakat panik berhamburan keluar rumah,” katanya.
Berdasarkan pantauan PVMBG, lanjut dia juga, lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya, gempa bumi diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif yang berada di daerah tersebut. Pusat gempa bumi berada di darat.
Ia menuturkan, wilayah-wilayah yang dekat dengan sumber gempa disusun oleh batuan vulkanik dan sedimen berumur Tersier yang dapat bersifat urai, lepas, dan belum kompak (unconsolidated). Sehingga, memperkuat efek guncangan gempa bumi.***
Editor: Ayi Kusmawan