DARA | CIANJUR –Penyebaran DBD di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dalam dua bulan terakhir tercatat 90 kasus. Dua orang meninggal dunia, masing-amsing warga Desa Sukamahi Kecamatan Sukaresmi dan Kelurahan Sayang, karena terjangkit DBD.
“Sampai hari ini belum (ada laporan). Untuk penanganannya tetap kami prioritaskan PSN. Kalau fogging itu sifatnya kasuistik,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Tresna Gumilar, Jumat (22/2/2019).
Tresna menuturkan, pihaknya terus menyosialisasikan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kepada masyarakat. Caranya dengan melakukan kegiatan 3M plus yakni menutup, menguras, dan mengubur ditambah PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat).
Karakteristik tempat penyebaran DBD rata-rata berada di wilayah perkotaan yang padat penduduk. Bahkan, kata Tresna, sekarang nyamuk Aedes Aegipty sudah mulai berkembang biak di daerah-daerah bersuhu dingin.
“Wilayah endemik rata-rata di perkotaan. Malah sekarang mulai terpantau berkembang biak di daerah-daerah dingin, seperti di Kecamatan Sukaresmi,” ujar Tresna.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Cianjur, Neneng Efa Fatimah, menambahkan berbagai upaya sudah dilakukan Dinkes Kabupaten Cianjur dalam menangkal makin merebaknya wabah DBD. Di antaranya menyebarkan surat ke semua puskesmas agar lebih memerhatikan upaya PSN dan melaksanakan 3M plus.
“Di setiap rumah juga biasakan menebar abate dengan menaburkannya ke bak-bak air,” tuturnya.
Upaya lain menangkal berkembangbiaknya jentik bisa dilakukan dengan menanam tanaman pencegah nyamuk. Misalnya tanaman pohon salam.
“Ada lima jenis tanaman yang bisa mencegah datangnya nyamuk. Itu bisa dimanfaatkan,” katanya.***
Wartawan: Purwanda
Editor: Ayi Kusmawan