DARA | JAKARTA – Dua perwira saling hujat, padahal mereka sahabat. Boleh jadi, penyebabnya adalah beda dukungan pilpres. Politik memang “jahat”. Begitulah yang terjadi pada dua perwira tentara itu, Wiranto dan Kivlan Zen.
Wiranto yang kini jadi Menko Polhukam tempo hari mengatakan, Kivlan pernah meminta uang padanya. Lalu dijawab Kivlan, Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad), benar begitu, tapi uang itu untuk pembentukan Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa (Pam Swakarsa) tahun 1988.
Menurut Kivlan, uang itu adalah haknya atas penggantian biaya pembentukan Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa (Pam Swakarsa) atas perintah Wiranto yang saat itu menjabat Panglima ABRI (TNI).
Organ paramiliter itu dibentuk ABRI untuk membendung aksi mahasiswa sekaligus mendukung Sidang Istimewa MPR tahun 1998. “Betul saya minta duit karena Wiranto waktu itu perintahkan saya bentuk Pam Swakarsa. Tapi dia tidak bayar saya sepeser pun,” ucap Kivlan kepada CNNIndonesia.com, Rabu (27/2).
Ia mengaku harus menjual rumah untuk membiayai Pam Swakarsa. Padahal, menurutnya, Wiranto memperoleh uang Rp10 miliar dari Perum Bulog untuk membiayai pasukan tersebut.
“Dia itu mengaku terima uang Rp10 miliar dari Bulog, tapi enggak kasih ke saya. Ada perintah tertulisnya. Saya berhak minta dong,” tuturnya.
Kivlan menuding Wiranto telah melakukan korupsi lantaran menggunakan uang dari Bulog untuk kepentingan pribadi. Bahkan hingga saat ini, Kivlan mengaku tak pernah menerima uang tersebut.
“Sampai sekarang saya enggak pernah dikasih, makanya saya minta, terakhir empat bulan lalu. Uang itu dikantongi sendiri, korupsi dong. Jenderal apaan tuh (Wiranto) bikin saya miskin,” katanya.
Sementara itu saat dikonfirmasi, Wiranto enggan menanggapi lebih lanjut. Ia meminta agar semua pihak fokus pada persiapan pemilu April mendatang.
“Sudah cukup saya komentari itu. Kita lagi pemilu begini. Semua sedang konsentrasi ke bangsa, bukan ke urusan-urusan seperti ini. Saya sudah jawab, cukup,” ucapnya.
Perdebatan antarkeduanya ini bermula ketika Kivlan menuding Wiranto sebagai dalang kerusuhan peristiwa Mei 1998 dan turut melengserkan Presiden RI ke-2 Soeharo.
Wiranto membantah tudingan tersebut dan menantang Kivlan serta Prabowo untuk membuktikan siapa dalang kerusuhan Mei 1998 dengan melakukan ‘sumpah pocong.’
Wiranto mengatakan perlu melakukan ‘sumpah pocong’ agar masalah tersebut jelas. Ia juga meminta Kivlan tak asal menuduh. Wiranto mengklaim melakukan berbagai langkah agar kerusuhan yang terjadi pada 13 hingga 15 Mei 1998 tak meluas.***
Editor; denkur
Bahan: CNN