Presiden Joko Widodo sudah melantik 34 menteri kabinetnya, Rabu (23/10/2019). Kabinet periode 2019-2024 itu disebut Kabinet Indonesia Maju. Ada empat kejutan, yaitu masuknya rival pilpres Jokowi, yaitu Prabowo Subianto yang dinobatkan sebagai Menteri Pertahanan.
Kejutan ke dua, adalah ditariknya pendiri Gojek, Nadiem Makarim jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemudian kejutan ke tiga munculnya Tito Karnavian dari Kapolri jadi Menteri Dalam Negeri. Itu kejutan karena tidak diduga sebelumnya.
Sedangkan kejutan ke empat, tidak masuknya kader Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) dalam kabinet. Kenapa masuk dalam kejutan, karena kita tahu, sejak perhelatan pemilihan presiden beberapa waktu lalu, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokowi sudah menjadi komunikasi baik, sehingga orang menilai Demokrat sebagai partai pengusung Prabowo-Sandiaga Uno yang ‘mablelo dan banyak pihak memprediksi akan ada menteri dari Demokrat. Namun itu tidak terbukti.
Lantas, bagaimana dengan PAN, kenapa bernasib sama dengan Demokrat? Jauh-jauh hari tidak ada yang memprediksi kader PAN masuk kabinet, karena memang tak ada komunikasi baik antara Jokowi dan pihak PAN. Kalau pernah ada pertemuan antara Zulkifli Hasan dengan Jokowi, namun itu tidak mengisyaratkan adanya sinyal soal jatah kursi menteri.
Pertanyaannya, mungkinkah Demokrat dan PAN kembali bergabung dengan PKS untuk menjadi oposisi? Tunggu perkembangan selanjutnya.
Lalu bicara tentang formasi Kabinet Indonesia Maju. Kita berharap, para menteri yang baru saja dilantik, bukanlah menteri coba-coba yang sekian bulan atau tahun ke depan direshufel.
Itu semua akan terjawab setelah melihat kinerja para menteri yang memang tidak gampang. Kwalitas menteri dipertaruhkan dalam kondisi Indonesia yang dari sisi ekonomi sedang berada dalam pusaran gonjang ganjing.
Salah satu amanatnya, Jokowi menekankan menteri jangan korupsi.*