Fikmin #Pulang#
Oleh: Agus Dinar
Entah dosa apa yang diperbuat semalam, hingga pagi itu Sukiya ingin pulang, bertemu istri dan dua anaknya. Bertahun-tahun ia abaikan mereka. Pagi itu, kemuning yang ia tanam lima tahun lalu berbunga, menebarkan aroma wangi. Mekar bersama perginya gerimis pagi.
Sukiya terhenyak. “Ada apa?,” . Dia melihat kursi berjejer di halaman rumahnya. “Orang-orang berkumpul. Mana istriku, anak anakku. Tak kelihatan,” gumamnya.
Tetangganya berkerumun. Namun, tak seorang pun yang peduli. Acuh dalam kebencian. Lalu, ia panggil istri dan anak-anaknya. Tak satupun menyahut.
Sukiya terhenyak. Di ruang tengah, satu jasad tertutup kain. Nampak Istrinya berada di sisi jasad itu. Dua anaknya pun menunduk. Kembali Sukiya memanggil mereka. Masih tak bersahut.
“Ada apa ini?,”
Terbelalak mata Sukiya, kain batik penutup jasad itu dibuka seseorang. “Akukah itu?,” Sukiya panik. Sukiya menangis sejadi-jadinya meratapi jasadnya sendiri. Tubuh lesu mabuk alkohol tertabrak sebuah teroton di simpang tiga, jalan ia menuju pulang.***