OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
“RESTORASI Meiji” (1866-1869) adalah kebangkitan Jepang. Mengalahkan Arab Saudi 2-0, adalah “Restorasi Erick” (Thohir) terhadap sepak bola Indonesia.
Kemenangan Timnas Bahrain atas: Irak & Arab Saudi, lalu mengalahkan Kuwait di semifinal Gulf Cup 2024-2025. Adalah “Restorasi Dragan” (Talajic).
Restorasi adalah modernisasi dari situasi tradisional, menuju keajaiban baru, model baru. Modernisasi sepak bola Indonesia, adalah model baru yang mengikuti tren restorasi. Karena dunia terus berubah.
Dunia yang kini bergerak secara elektrik dan digital, mengharuskan Timnas Garuda beradaptasi dengan perubahan. Apa yang dilakukan pengurus PSSI, sudah tepat. Terlepas dari pro-kontra.
Menggunakan ‘coach’ dengan “curiculum vitae” terang benderang dan mahal. Lalu, tidak “latah” seperti Arab Saudi memecat Roberto Mancini, atau Australia yang mengganti Graham Arnold dengan Tony Popovic. Mengganti, lalu akan mengubah keadaan? Tentatif!
Sepak bola adalah “permainan waktu”. Penggantian pelatih, bukanlah pola vertikal yang efektif untuk membuat Timnas suatu negara menjadi menang.
Sepak bola bukan “sulap”. Berkait dengan kompetisi, penemuan “anak ajaib” seperti Cesar Luis Menotti menemukan Mario Kempes dan Osvaldo Ardiles (1978). Atau Carlos Bilardo yang mempercayai Diego Armando Maradona dan Jorge Burruchaga (1986). Atau Barcelona menemukan Lionel Messi sejak usia 13 tahun.
Membangun sepak bola suatu negara membutuhkan manajerial yang bisa memadukan: hati, ‘taste’, teknis, dan empiris. Perlu panduan filosofis (bukan sekadar pintar), dalam membangun kerangka sepak bola nasional. Tidak boleh sekadar “lips service”, atau oportunis.
Apa yang terjadi dengan sepak bola Arab Saudi di Piala Teluk (Gulf Cup), adalah satu “miror”. Mengganti Herve Renard pasca Piala Dunia (Qatar) 2022 dengan Roberto Mancini. Lalu mengembalikan pelatih asal Perancis (Herve), dengan mendepak Mancini, lantas mengubah keadaan lebih baik?
Berada di posisi ke-4 “pre-World Cup ’26, dan babak belur di Piala Teluk (Gulf Cup). Menjadikan posisi pelatih Herve Renard di ujung tanduk di kali kedua, di mata Federasi Sepak bola Arab Saudi (SAFF/Saudi Arabian Football Federation).
Ketua Umum PSSI Erick Thohir pernah mengatakan, ‘coach’ Shin Tae Yong (STY) adalah pelatih yang berdedikasi dan tulus ingin memajukan sepak bola Indonesia. Apa yang dikatakan Menteri BUMN ini, banyak di-‘amini’, meskipun ada saja yang tidak setuju. Ini lumrah!
Bercermin pada Arab Saudi, Sepak bola Indonesia kini tengah beradaptasi dengan filosofi presisi. Jangan tergoda pada kemajuan instan yang nisbi, lalu runtuh prematur. Ini akan membuat frustrasi pencinta sepak bola nasional.
Pengurus PSSI saat ini nampak serius membenahi sepak bola Indonesia. Banyak belajar dari kemajuan sepak bola Eropa dan Amerika Selatan, tentu harus. Cari “anak ajaib” di berbagai kompetisi, kalau perlu amati “Tarkam”, siapa tahu ada Mutiara terpendam di situ.
Ada keyakinan, PSSI di bawah Erick Thohir akan menemukan filosofi sepak bola Indonesia. Kuncinya adalah instink, kapan harus berubah, dan kapan mesti berpegang teguh pada program yang telah dijalankan duet Erick-STY.
Sepak bola adalah investasi. Investasi harkat, investasi martabat, dan bahkan mampu memunculkan rasa hormat inklusif yang bersipat “nation state”.
Argentina, Brasil, Inggris, Perancis, Jerman. Bahkan negeri ber-populasi 3,4 juta jiwa Uruguay (2022), secara inklusif telah dikenal dunia sebagai “negeri sepak bola”. “Nation state”nya, melahirkan rasa hormat dunia.
Mereka membangun olahraga rakyat ini, dengan kesungguhan dan kesabaran. Tidak seperti membalik telapak tangan, cari gampangnya. Atau semudah mencabut rumput ilalang di “Padang Savana”.
Apa yang dilakukan Bahrain, dengan tidak mengganti ‘coach’ Dragan Talajic adalah sebentuk kesabaran. Sempat dibantai Jepang 0-5, draw dengan peringkat 130 FIFA (Indonesia) 2-2, berperingkat tidak aman di Pra Piala Dunia 2026, Dragan Talajic tidak dipecat.
Buah kesabaran berbuah manis. Masuk final Piala Teluk, dengan mengalahkan tuan rumah (Kuwait) 1-0, Bahrain akan menantang Oman yang meluluhlantakkan Arab Saudi (2-1). “Mutiara Teluk Persia” ini, bakal menoreh kegemilangan Sabtu (4/1) lusa, bila mampu mengalahkan Oman.
Restorasi jatuhnya “Keshogunan Tokugawa” (Jepang), Restorasi Erick Thohir (PSSI) dengan pola lateral (naturalisasi), Restorasi Dragan Talajic dengan masuk final Piala Teluk (Gulf Cup) adalah evolusi gradual mumpuni.
Membangun sepak bola nasional, tidak bisa seperti “berkelahi di dalam kapuk” (kapas).
Bila setiap kekalahan, sang pelatih diganti, maka kegagalan tak akan pernah berakhir.