Garut adalah daerah rawan gempa dan tsunami
DARA | Begitu kata Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Supartoyo.
Supartoyo juga mengatakan pentingnya langkah lanjutan selain sosialisasi, yakni peningkatan kapasitas para relawan, melalui training of trainer (ToT) untuk menyampaikan informasi mitigasi bencana kepada masyarakat.
Selain itu, menurut Supartoyo, mengingat potensi bencana di Kabupaten Garut cukup besar, maka disarankan pemerintah daerah dapat membuat peraturan daerah (perda) khusus mengenai mitigasi bencana gempa bumi maupun tsunami.
“Menurut saya perlu, sangat perlu, terutama mengantisipasi tsunami ya yang dari selatan, sebab kalau gak dengan Perda ini kan untuk penindakan hukumnya agak susah, tapi kalau dengan Perda saya rasa akan lebih mudah,” ujarnya usai pelaksanaan Sosialisasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami oleh BPBD Garut di Joglo Abah Resto, Jalan Otista, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Senin (18/9/2023).
Supartoyo menyebutkan, pihak PVMBG senantiasa mendorong daerah-daerah dengan potensi rawan bencana yang untuk memulainya dengan melahirkan perda, seperti halnya Kabupaten Cianjur yang telah memiliki perda mitigasi bencana.
Ia menuturkan, Kabupaten Garut merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, karena wilayahnya terletak berdekatan dengan sumber gempa bumi, di mana untuk di wilayah laut sendiri terdapat zona penunjaman, mega thrust, dan intraslab.
“Yang di darat ada patahan aktif patahan garsela. Kemudian di sini juga pantainya wilayah rawan tsunami, karena ada sumber pembangkit tsunami yaitu dari _mega thrust_ di mana potensinya menurut hitung-hitungan para ahli cukup besar mencapai sekitar 8,7 skala richter,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Supartoyo, pihaknya mengajak semua pihak untuk terus meningkatkan kegiatan mitigasi dan melaksanakan simulasi serta menentukan jalur evakuasi. Supartoyo juga mengingatkan bahwa upaya mitigasi harus dilakukan secara berkesinambungan dan tidak boleh diabaikan.
“Jadi sekali lagi upaya mitigasi ini jangan dilupakan, terus menerus jangan sampai kita melupakan tau-tau dia datang nah ini dia,” katanya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggalan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Aah Anwar Saefulloh, menjelaskan, kegiatan sosialisasi ini bertujuan memberikan pemahaman dan edukasi kepada stakeholder, khususnya para camat, untuk menyampaikan informasi terkait mitigasi bencana kepada warganya.
Menurutnya, hal ini penting mengingat wilayah Garut sendiri terdapat beberapa pantai dan beberapa daerah yang memiliki potensi bencana salah satunya yaitu sesar garsela di Kecamatan Samarang, Pasirwangi, dan Tarogong Kidul.
“Tujuan intinya memberikan pemahaman dan edukasi kepada stakeholder khususnya para camat di wilayah untuk menyampaikan kembali kepada warganya sehingga nanti pak camat dalam event-event di wilayahnya bisa menyampaikan kepada warganya,” katanya.
Aah menuturkan, saat ini pihaknya tengah melakukan upaya untuk terus mendapatkan informasi mengenai potensi bencana baik dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) maupun dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebagai bekal untuk melaksanakan Desa Tangguh Bencana.
“Nah itu kita upayakan daerah-daerah yang (rentan bencana), mungkin sekitar sesar garsela itu kita upayakan nanti tindak lanjuti dengan membuat Desa Tangguh Bencana sehingga nanti masyarakatnya paham bagaimana menghadapi bencana khususnya gempa,” ujarnya.
Aah pun mengimbau kepada masyarakat untuk tetap siaga karena bencana bisa terjadi kapan saja. Selain itu, ia juga mengajak kepada masyarakat untuk mencari informasi mengenai mitigasi bencana baik melalui _website_ PVMBG, BMKG, maupun media lainnya.
“Jadi intinya kita harus tau informasi dan mencari tau sendiri informasi sehingga nanti hal-hal yang tidak dikehendaki sudah bisa diantisipasi lebih awal,” ujarnya.
Editor: denkur