Varian Omicron, begitulah nama varian baru corona yang saat ini menghebohkan dunia. Varian ini disebut-sebut lebih ganas dari varian sebelumnya yakni varian Beta, Gamma, Alpha dan Delta.
DARA – Varian Omicron juga disebut B.1.1.529. Varian ini pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Varian Omicron memiliki tingkat penularan tinggi, virulensi yang tinggi, dan menurunkan efektivitas diagnosis, terapi serta vaksin yang ada.
Kini, Omicron telah menyebar ke setidaknya delapan negara mulai dari Inggris, Jerman, Belgia, hingga Hong Kong.
Pusat pencegahan dan Pengadilan Penyakit Eropa mengatakan varian Omicron berpotensi lolos kekebalan vaksin dan lebih cepat menular dibandingkan varian Delta.
Seperti dikutip dara.co.id dari CNNIndonesia, Senin (29/11/2021), hingga kini para ilmuwan masih terus melakukan penelitian dan belum bisa menjelaskan dengan detail apakah varian ini lebih menular dan mampu mengurangi efikasi vaksin Covid-19 yang sudah ada.
Salah satu yang memicu kekhawatiran para ahli adalah varian Omicron memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi, melebihi 30 sel kunci protein spike.
Jumlah mutasi itu tidak biasa jika dibandingkan dengan varian Covid-19 lainnya selama ini.
Para ilmuwan khawatir tingginya jumlah mutasi Omicron dapat membuat varian Covid-19 ini lebih mudah menular dan mengurangi kekebalan imun.
Para ilmuwan berulang kali menegaskan bahwa mutasi dan varian virus corona akan terus bermunculan. Varian Omicron menjadi salah satu yang menurut para ahli perlu diwaspadai dunia.
Manufaktur vaksin seperti Moderna dan Pfizer/BioNTech pun segera melakukan penelitian terhadap dampak Omicron terhadap efikasi vaksin buatan mereka.
Sejumlah ahli memaparkan jika vaksin Covid-19 yang sudah ada tidak cukup efektif melawan Omicron, satu-satunya solusi yang memungkinkan sementara adalah memberikan dosis vaksin booster kepada masyarakat.
Editor: denkur | Sumber: CNNIndonesia