Kekurangan oksigen, Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Majalaya ditutup sejak Selasa (29/6/2021).
DARA – Kepala Bagian Humas RSUD Majalaya, Agus Heri Zukari menyebutkan, kebutuhan oksigen harian di RSUD Majalaya 125 tabung. Sedangkan Selasa kemarin penyedia hanya bisa memasok 30 tabung pagi hari dan 40 tabung sore harinya, sehingga ada kekurangan jumlah oksigen yang begitu banyak yaitu sekitar 75 tabung.
“Jika dihitung kemampuan oksigen yang ada hanya cukup untuk pasien yang dirawat saja, sehingga berdasarkan rapat darurat malam, kita mengutamakan pasien yang sedang dirawat ada sekitar 57 tempat tidur Covid-19 dan juga kebutuhan lain. Jadi diputuskan malam untuk menutup sementara IGD,” jelas Agus melalui sambungan telepon, Rabu (30/6/2021).
Terkait sampai kapan penutupan IGD akan berlangsung, Agus mengatakan pihaknya akan terus mengevaluasi sampai nanti sarana penunjangnya mendukung terutama pada kebutuhan oksigen.
“Kalau nanti suplier oksigen sudah bisa mencukupi kebutuhan, kita bisa buka secara normal lagi, tapi waktunya kita enggak bisa menentukan, karena bukan di kita saja, ini hampir semua wilayah kekurangan karena permintaan oksigennya yang sangat meningkat,” kata Agus.
Kebutuhan oksigen sendiri, menurutnya bukan hanya untuk pasien Covid-19, namun juga untuk kebutuhan harian untuk pasien umum, namun memang kebutuhan terbesarnya memang untuk pasien Covid-19.
Jadi sejak semalam pihaknya melakukan efisiensi oksigen yang ada untuk menyuport semuanya pada kebutuhan pasien yang sedang dirawat
Terkait pasien covid-19, berdasarkan evaluasi per hari ini, karena sejak semalam sudah dilakukan penutupan IGD, sehingga tidak ada pasien rawat inap lagi yang masuk, jadi data pasien Covid-19 yang saat ini dirawat ada sebanyak 52 orang dari kapasitas 57 tempat tidur.
“Kemarin terakhir itu ada 54 tempat tidur yang terisi, kemudian sekarang ada dua yang meninggal, jadi tinggal 52 yang sekarang sedang perawatan dengan positif Covid-19,” jelasnya.
Untuk pasien-pasien darurat yang harus masuk IGD, Agus mengatakan sejak semalam pihaknya langsung berkoordinasi dengan unit-unit pelayanan lain, baik klinik dan rumah sakit terdekat. Jadi kepada semua pasien yang datang ke IGD, pihaknya melakukan koordinasi dan juga dengan rumah sakit rujukan.
“Jadi kita rujuk, baik itu yang Covid-19 maupun yang pasien umum dengan kebutuhan oksigen, ada rumah sakit terdekat sebagai rujukan dan itu sudah kita koordinasikan,” katanya.
Kelangkaan pasokan oksigen juga berpengaruh pada harganya, hal itu tidak lepas dari tingkat penyebaran Covid-19 yang terus meningkat sejak awal Juni.
Tingkat kunjungan ke RSUD Majalaya dalam kondisi biasa rata-rata yang suspek dan konfirmasi ke IGD sekitar 80 sampai 90 perbulan, namun pada bulan Juni mencapai sekitar 269 kunjungan.
“Itu yang sudah terekap sampai tanggal 28 Juni, berarti masih ada kemungkinan nambah sampai akhir bulan, itu peningkatan yang sangat luar biasa, mungkin lebih dari tiga kali lipat dari kunjungan biasa, dan ini terjadi disemua wilayah bukan hanya di RSUD Majalaya,” katanya.
Agus menegaskan, bahwa RSUD Majalaya hanya menutup pelayanan IGD, namun untuk pelayanan lainnya seperti rawat jalan dan rawat inap tetap berjalan.
Selain kekurangan pasokan oksigen, RSUD Majalaya juga kekurangan tenaga kesehatan (Nakes) karena banyak yang terpapar Covid-19.
“Kemarin kita koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi untuk minta relawan, kekurangan banyak karena yang terpapar di RSUD Majalaya banyak sih, kemaren kita sudah disupport baru dua orang yang datang dari provinsi untuk relawannya,” kata Agus.
Hingga berita ini ditayangkan belum ada keterangan resmi apakah pasokan oksigen sudah normal kembali dan IGD RSUD Majalaya kembali dibuka.***
Editor: denkur