Hasil pantauan di lapangan pintu gerbang masuk sekolah digembok dengan cara dilas. Di pintu gerbang itu terpampang surat pengumuman.
DARA- Ratusan siswa Sekolah Negeri (SD) Negeri Langensari di Desa Gadobangkong, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terpaksa harus meliburkan diri. Pasalnya, gerbang masuk pintu belakang sekolah yang kini marger dengan SDN Bunisari tersebut, disegel pihak yang mengaku ahli waris pemilik lahan atas nama Nana Rumantana.
Seperti diketahui SDN Bunisari merupakan sekolah marger dari SDN Langensari yang posisi bangunannya berada di belakang sekolah tersebut.
Lahan sekolah eks SDN Langensari itu terdiri dari 700 meter persegi dengan 9 ruang kelas. Dipergunakan untuk belajar oleh siswa kelas 1 (A, B, C), kelas 2 (A, B, C), dan kelas 4 (A, B, C).
![](https://www.dara.co.id/wp-content/uploads/2022/08/gerbang2.jpg)
Surat keterangan penyegelan pintu masuk SDN Bunisari (Foto: heny/dara.co.id)
Hasil pantauan di lapangan pintu gerbang masuk sekolah digembok dengan cara dilas. Di pintu gerbang itu terpampang surat pengumuman.
Isinya menerangkan surat keterangan kepala desa nomor 100/387/2009.DS/IX/Pem, berdasarkan akta jual beli Nomor 73/pdl/1970 tanggal 20 Januari 1970 yang dikeluarkan oleh PPATS/Camat Kecamatan Padalarang Sutisna Ariana.
Dalam surat itu disebutkan bahwa objek tanah kurang lebih 700 meter persegi Nomor Pasal 89 kelas D II Nomor Cohir 1390 blok Cimareme dengan batas sebelah utara SD Bunisari, sebelah timur dengan solokan, sebelah selatan dengan usup, dan sebelah barat dengan winata, adalah milik Nana Rumantana dan bukan tanah aset milik Pemerintah Desa Gadobangkong.
“Aksi penutupan gerbang masuk ke sekolah ini tanpa pemberitahuan dulu dari ahli waris. Jadi tadi pagi pas siswa mau belajar gak bisa,” kata Guru Agama SD Bunisari Muhamad Satori, Senin (8/8/2022).
Lahan yang disengketakan itu awalnya milik SD Negeri Lengensari. Namun sejak tahun 2020 sudah dimerger dengan SD Negeri Bunisari yang berada satu kompleks.
Lahan yang ditempati oleh SD Negeri Bunisari seluas 970 meter persegi, sedangkan yang disengketakan dan diklaim oleh ahli waris 700 meter persegi.
Akibat ditutup gerbang tersebut, sementara waktu aktivitas belajar dihentikan. Untuk proses belajar mengajar, terpaksa dilakukan secara bergiliran di gedung bagian belakang dengan ruangan 8 kelas.
Jumlah siswa sekolah tersebut, saat ini mencapai 600 siswa.
Karmini (35) salah seorang orang tua siswa mengaku kaget melihat kondisi sekolah yang tertutup. Ia menyayangkan, anak dan ratusan siswa tidak bisa belajar dan terpaksa balik kanan.
“Kasihan padahal anak lagi semangat buat sekolah,” ujarnya.
Editor: Maji