“Jadi untuk Pilkada Kota Tasikmalaya, sangat terbuka karena tidak ada kandidat petahana, karena November 2022 sudah tidak ada Wali Kota definitif, tapi Penjabat Kepala Daerah, jadi semua kandidat berpeluang tergantung sistem kerja partai,” ungkap Taufiq Rohman.
DARA| TASIKMALAYA – Partai Golongan Karya (Golkar) telah menoreh sejarah menjadi Penguasa dengan kadernya, (Alm) Bubun Bunyamin duduk menjadi Wali Kota Tasikmalaya periode 2002-2007 berpasangan dengan Syarif Hidayat sebagai wakilnya yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN).
Pada akhir kepemimpinan pasangan Bubun Bunyamin-Syarif Hidayat pecah kongsi. Dan akhirnya kedua tokoh tersebut menjadi rival di Pilkada Kota Tasikmalaya tahun 2007.
Syarif Hidayat yang berpasangan dengan Dede Sudrajat yang diusung PAN dan PPP keluar sebagai pemenang mengalahkan Wali Kota petahana Bubun Bunyamin dengan Calon Wakilnya Noves Narayana dengan Partai pengusung Golkar, PKB, PDI Perjuangan.
Akhirnya Syarif Hidayat-Dede Sudrajat dilantik Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan di Gedung DPRD Kota Tasikmalaya dan menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya periode 2007-2012.
Di Pilkada 2012, Syarif Hidayat berganti pasangan dan menggandeng Cecep Bagja Gunawan sebagai Calon Wakilnya dengan partai pengusung PAN, Golkar, Gerindra, dan PDIP.
Sementara Wakil Wali Kota periode 2007-2012, Dede Sudrajat maju bersama Budi Budiman dan posisinya tetap sebagai Calon Wakil Wali Kota yang diusung Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat.
Serta pasangan calon dari jalur perseorangan yaitu Mumung Marthasasmita dan Taufik Faturohman.
Syarif Hidayat-Cecep Bagja meraih 34 persen dan harus mengakui kemenangan pasangan Budi Budiman-Dede Sudrajat sehingga menjadi pemenang dengan Raihan suara 58 persen. Budi -Dede pun menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota periode 2012-2017.
Dikarenakan sudah menjabat Wakil Wali Kota Tasikmalaya selama dua periode, Dede Sudrajat di Pilkada 2017 menjadi lawan tangguh Wali Kota Petahana Budi Budiman.
Pelaksanaan Pilkada Kota Tasikmalaya yang digelar 15 Februari 2017 lalu dikuti tiga pasangan Calon Wali Kota yaitu Budi Budiman-Muhammad Yusup diusung Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Nasional Demokrat (NasDem) dengan meraih 151.931 suara atau 40,06 persen.
Kemudian pasangan Dede Sudrajat-Asep Hidayat diusung Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) meraih 141.854 suara atau 37.40 persen.
Dan pasangan Dicky Candranegara- Denny Romdony yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Bulan Bintang (PBB) dengan 85.510 suara yang diraih atau 22.54 persen.
Budi Budiman pun terpilih kedua kalinya untuk periode 2017-2022 sebagai Wali Kota Tasikmalaya dengan Wakilnya Muhammad Yusup.
Pengamat Politik juga Dosen Statistik Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tasikmalaya, Taufiq Rohman memprediksi Pemilu serentak dilaksanakan 2024 sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. maka konstelasi Pilkada di Kota Tasikmalaya akan lebih terbuka.
Alasannya, dikarenakan Pilkada Serentak 2024 tidak ada kandidat petahana. Maka seluruh kandidat calon kepala daerah memiliki peluang yang sama karena semuanya berawal dari nol atau start from zero dalam mengelola popularitas dan elektabilitasnya dimata masyarakat.
“Jadi untuk Pilkada Kota Tasikmalaya, sangat terbuka karena tidak ada kandidat petahana, karena November 2022 sudah tidak ada Wali Kota definitif, tapi Penjabat Kepala Daerah, jadi semua kandidat berpeluang tergantung sistem kerja partai,” ungkap Taufiq Rohman, Minggu (28/3/2021).
Taufiq Rohman mengatakan dalam perjalanan politik kepemimpinan Kota Tasikmalaya, Partai Golkar, PAN dan PPP pernah menjadi pemenang Pilkada dan duduk di singgasana Wali Kota. Tetapi untuk 2024 semua partai berpeluang menang.
“Menyimak perjalanan Kota Tasik, baru Pak Budi Budiman yang berhasil terpilih hingga dua periode. Sebelumnya jabatan Wali Kota hanya selesai satu periode, dan sempat jadi mitos bahwa tidak ada Wali Kota dua periode,” katanya.
ketika ditanya mengenai Muhammad Yusup yang sekarang menjabat Plt. Wali Kota Tasikmalaya, yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kota Tasikmalaya. Apakah mampu mengembalikan lagi sejarah sebagai penguasa ?
“Bisa saja diuntungkan kalau memang memiliki para loyalis, dan bagus dimasyarakat,” pungkasnya.