“Sehingga harus ada komunikasi antara guru dengan orangtua untuk kolaborasi mencapai yang diharapkan,” katanya.
DARA| BANDUNG- Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama lebih dari delapan bulan menuntut para guru untuk lebih kreatif. Terlebih selama pembelajaran tatap muka belum dapat dilaksanakan. Hal itu juga yang menjadi tantangan bagi guru-guru di Kota Bandung.
Kepala Seksi Kurikulum SD Dinas Pendidikan Kota Bandung Akhmal Taufan Hidayat, di Balai Kota Bandung, Senin (30/11/2020), mengaku, di masa pandemi ini guru dituntut kreativitasnya untuk melakukan proses belajar mengajar secara daring maupun luring.
“Karena tidak semua siswa di Kota Bandung bisa melaksanakan secara daring. Oleh karenanya, kita juga harus memberikan layanan secara luring,” ujarnya.
Sesuai petunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pendidikan ditengah pandemi ini lebih ditekankan kepada karakter siswa. Utamanya, bagaimana menanamkan karakter anak yang cageur, bageur, pinter.
“Cageur di sini sehat, untuk mencapai sehat anak ini harus bisa memelihara dan melaksanakan PHBS (pola hidup bersih dan sehat) untuk dirinya dan lingkungan. Tentunya dengan menjaga kebersihan diri,” cetusnya.
Sementara, dalam hal bageur, bagaimana siswa itu rukun dan patuh terhadap orang tua bahkan guru ketika diberikan tugas. Sehingga, siswa mempunyai tanggung jawab disiplin dan semangat.
“Sehingga harus ada komunikasi antara guru dengan orangtua untuk kolaborasi meencapai yang diharapkan,” katanya.
Menurut Akhmal, pembelajaran jarak jauh juga terbantu dengan hadirnya media televisi Bandung 132. Bandung 132 merupakan kanal TV IBB (integrated broadcast broadband) yang disalurkan melalui satelit, mampu memberikan materi bagi para siswanya mulai PAUD, TK, SD sampai SMP.
“Ini menjadi semangat bagi para siswa untuk belajar. Bandung 132 juga memberikan pendampingan dan keteladanan bagi siswa, guru, orangtua, serta pengawasan dalam media pembelajaran,” ungkapnya.
Sementara mengenai kegiatan belajar mengajar (KBM), diutarakan Akhmal, bila guru di Kota Bandung memiliki modul untuk pembelajaran.
“Guru membuat modul pembelajaran sampai membuat kisi-kisi. Tentunya kita tidak mengedepankan target kurikulumnya, tapi bagaimana praktiknya. Kita harus menghargai siswa itu dilihat dengan ketercapaian pembelajarannya,” jelasnya.
Sedangkan untuk siswa Sekolah Luar Biasa (SLB), dia sampaikan Kota Bandung melayani pembelajaran dengan inklusi.
“Untuk siswa luar biasa itu penanganannya ada di provinsi. Untuk pelayanan ini kita memberikan kebebasan guru di sekolah. Seperti ada kunjungan ke rumah secara berkala, bahkan ada tatap muka yang terbatas 2-3 siswa dengan menerapkan protokol kesehatan. Itu juga pelayanannya tidak setiap hari,” tuturnya.
Sementara itu, guru SDN 053 Kota Bandung, Haviz Kurniawan mengungkapkan, sesuai Surat Edaran Mendikbud No 4/2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), memilih kompetensi dasar yang esensial.
“Jadi kami tidak menuntaskan semua kurikulum yang ada di kurilukum 2013. Tapi kami memilih kompetensi dasar yang esensial. Itu yang kami berikan kepada peserta didik,” imbuhnya.
Untuk kemudahan pembelajaran, Haviz mengemukakan, guru Kota Bandung telah menerbitkan Modul ‘Aki Bagi’. Modul tersebut diinisiasi Disdik berkolaborasi dengan guru-guru Kota Bandung bagi peserta didik yang sulit mengakses internet.
“Program Aki Bagi itu modul yang disiasati oleh Dinas Pendidikan. Karena kita tahu peserta didik itu tidak semuanya bisa melakukan daring. Jadi harus bersikap adil, sebagai solusi maka meluncurkan Aki Bagi. Modul ini disusun oleh guru-guru dengan tema 1-4 plus PAI dan PJOK. Modul ini diberikan kepada peserta didik yang tidak punya akses internet. Kumpulan semuanya adalah kompetensi dasar yang esensial mulai materi sampai evaluasinya,” papar Haviz.
Sedangkan guru SMPN 13 Kota Bandung, Heli Setiawati mengakui masa pandemi virus corona baru menuntut para guru untuk berkreasi. Mampu memberikan pendidik kepada siswa agar paham. Mulai memberikan pembelajaran dari yang memiliki internet sampai yang belum mampu mengakses internet.
“Edukasi kepada orang tua, tidak hanya via WhatsApp tapi mulai pakai aplikasi yang mudah dikenalkan untuk orang tua. Tantangan bagi guru harus bisa berkreasi pembelajaran agar menarik, bermain visualisasi. Dengan banyak animasi fitur yang bergerak buat peserta didik menarik perhatian,” pungkasnya.
Editor : Maji