HaikuKu Indonesia adalah sebuah grup sastra di facebook. Anggotanya terus bertambah hingga mencapai puluhan ribu. Kegiatannya tak hanya di facebook tapi juga mengggelar beberapa event menarik di panggung atau sejumlah lokasi menyejukan.
Format HaikuKu adalah mengambil dari (俳句), yaitu sastra asli dari Jepang. Meski begitu karya-karya anggotanya yang kemudian disebut haikuis atau haijin tetap keindonesiaan dengan mengangkat nilai-nilai dan kearifan budaya Indonesia.
Model HaikuKu adalah 17 suku kata dalam patron 5-7-5 (go-shichi-go), yaitu: 5 suku kata pada baris pertama, 7 suku kata pada baris kedua, dan 5 suku kata pada baris ketiga.
Presiden HaikuKu Indonesia, Diro Aritonang, mengatakan, haijin wajib menggunakan kigo (季語) sebagai penanda musim, penanda waktu yang disesuaikan alam Indonesia, (musim hujan dan musim panas), bisa juga dalam bentuk kigo kecil, dalam membuat karyanya tersebut.
Pada hakikatnya format penulisan haiku tak jauh beda dengan karya puisi lain, yakni dalam satu bait terdiri atas beberapa baris. Pembedanya, selain jumlah baris (larik) dan kigo, penulisan puisi asal Negeri Matahari Terbit ini, juga tidak berjudul.
Diro menegaskan, dalam grup HaikuKu tidak diperkenankan menggunakan judul dalam setiap haikuku, kecuali berupa dedikasi, persembahan, ucapan belasungkawa (duka cita) yang ditandai dengan hastag (#)/ tanda pagar.
Pembeda lainnya, lanjut Diro, merupakan tulisan Simplice one couplet, hanya satu bait. Penulis haiku atau haikuis/haijin HaikuKu, tidak diperkenankan mengirim/post karya haiku-nya berbait-bait dalam satu posting atau kiriman.
“Jika berbait-bait, haiku itu menjadi puisi biasa. Jadi hanya satu bait saja,” ujar Diro, seperti dikutip dara.co.id dari Liputan6.com, Minggu (24/10/2021).
Anggota HaikuKu Indonesia, tak sekadar mengirim karya atau saling menikmati karya mereka. Namun ada proses pembelajaran, baik langsung maupun tidak langsung.
Setiap minggu admin menggelar kegiatan “bedah haiku” yang bertajuk “Ngobrol Haiku”. Bahkan, juga kerap mengadakan petemuan langsung antara anggota dan pengurus. Lagi-lagi dalam pertemuan pun terjadi transformasi ilmu yang tak jauh haiku, yang ditinjau dari pelbagai sudut keilmuan, mulai dari filsafat hingga sastra.
Grup HaikuKu di facebook ini tak pernah sepi dari kreatifitas para haijinnya. Meski mereka bukan seorang sastrawan tapi setidaknya mereka menjadi sosok yang menikmati bagaimana berada di lingkungan sastrawan. Maka, mereka tak segan-segan untuk mempublis karya-karya haiku-nya yang tetap konsisten pada nilai-nilai budaya Indonesia.
Umumnya semua anggota tahu akan tata aturan atau patron yang harus dipegang kuat oleh para haijin dalam membuat haiku. Terbukti dio beberapa event lomba haiku pun muncul wajah-wajah baru junior sebagai pemenang lomba. Itu semua tidak lepas dari bimbingan dan arahan para admin dan haijin senior yang masih peduli bahwa HaikuKu sepatutnya dilestarikan.
Namun, seiring perjalanan waktu, seorang haijin yang tidak mau disebutkan namanya berkomentar saat ini setelah sekitar lima tahun HaikuKu berdiri masih ada sejumlah haiku yang diuplod para haijin tidak tepat bada tata nilai haiku itu sendiri.
“Umpamanya seringkali ada haiku yang isinya mengucapkan selamat ulang tahun pada sesama haijin dan ucapan itu dibuat haiku. Itu tidak tepat karena meski 5-7-5 terpenuhi tapi temanya sama sekali tidak melambangkan keindahan dari haiku itu sendiri. Belum lagi masih ada isi haiku yang terkesan hanya guntingan atau potongan dari syair puisi pendek,” ujarnya.
Meski begitu tidak mengapa, biarkan seiring waktu para haijin pun akan faham dan mahir bagaimana menulis haiku yang baik dan benar. Itu semua jadi pekerjaan rumah untuk para admin agar jangan lelah terus memberi bimbingan kepada haijin-haijinnya.
Menurut pantauan ada banyak haijin senior yang sudah tidak diragukan lagi kwalitas haiku-nya, juga pengabdiannya kepada gurp HaikuKu ini, seperti umpamanya Dian Kencana, Imas Utami Lokayanti, Yesmil Anwar, Ninok Ruhiyat, Ai Rohana, Ida Munfarida.***
Editor: denkur