DARA | JAKARTA – Harga cabai di sejumlah sentra produksi pertanian meluncur tajam. Harga di tingkat petani dinilai sudah tidak mnguntungkan.
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) sibuk mencari solusi yang cepat, tepat dan mudah dieksekusi. Lantas seluruh komponen dikonsolidasi agar harga menguntungkan petani.
“Pada 4 Februari 2019 kami telah mengumpulkan petani cabai andalan yang tergabung dalam champion cabai dari 20 dinas pertanian kabupaten sentra utama, dinas2 pertanian sentra cabai, KTNA, HKTI dan Satgas Pangan,” Direktur Jenderal Hortikultura, Kementan, Suwandi di Jakarta, Selasa (5/2/2019).
Suwandi menyatakan, ada alternatif untuk menyikapi menurunya hargai cabai tersebut. Pertama lanjutnya, mendorong sektor hilir, seperti logistik distribusi, substitusi bahan olahan industri dengan cabai lokal, pengembangan industri olahan skala rumah tangga.
“Kedua, kita bangun koordinasi dengan pihak asosiasi penerbangan Indonesia untuk subsidi biaya kargo dan mendorong pemerintah daerah tetap menginisiasi pasar lelang cabai,” katanya.
Ketiga, membangun sinergitas dengan semua lembaga terkait dan pemangku kepentingan. Sebab menurut dia, untuk menyelesaikan semua masalah tidak bisa sendiri-sendiri, tapi perlu dukungan dari berbagai sektor.
Faktor penting saat ini, disebutkan Suwandi, ongkos kargo pesawat untuk mengirim ke luar Jawa harus bisa lebih murah. “Soal biaya kargo ini banyak dikeluhkan. Ini berarti naiknya biaya angkut pesawat sangat berpengaruh,” paparnya.
Suwandi menyarankan agar petani mengikuti 10 jurus stabilisasi pasokan dan harga stabil. Pertama, gunakan benih unggul sehingga produksi dan provitas naik. Kedua, ikuti anjuran manajemen pola tanam, diversifikasi tanam dan tumpang sari dari petani champion. Ketiga, pupuk organik ramah lingkungan dibuat sendiri sehingga efisien biaya, keempat, pestisida hayati ramah lingkungan dibuat sendiri. Kelima, terapkan cara pasca panen yang baik. Keenam, hirilisasi olahan pasta, goreng dan lainnya dengan skala rumah tangga dan usaha kecil.
Ketujuh, lanjutnya, membangun kemitraan dengan usaha olahan dan pasar. Kedelapan, membentuk koperasi sehingga terkoordinir, teknologinya seragam dan hasil pasarnya bersama-sama.
Kesembilan, membentuk pasar lelang di level farmgate sehingga petani memperoleh harga tertinggi, cash and carry dan tercipta one region produk bersama champion;
“Kesepuluh membangun sistem logistik dan coldstorage untuk menyimpan produk dalam jumlah besar untuk memasok antar pulau maupun ekspor,” bebernya.***